Kado Terakhir
Setiap air mata pasti jatuh dengan
alasan yang berbeda. Begitupun
juga denganku. Kekecewaan yang mendalam membuatku begitu terluka. Setelah
mendengar hal yang tak kuduga dan tak kuinginkan membuat fikiranku terkuras dan
pundakku seperti terhentak keras oleh beban yang membuat langkahku menjadi
gontai dan goyah. Ditinggalkan orang yang kita saying pasti akan menggoreskan luka di dada. Aku begitu
menyanyanginya dan setiap doa yang kupanjatkan kepada Allah tak lupa terselip
namanya. Impianku untuk bertemu ayah secepatnya ternyata hal yang mustahil
untukku. Aku harus menunggu hingga saat waktu itu tiba. Waktu dimana semua
manusia dikumpulkan di padang
Mahsyar dalam
satu tempat yang begitu
panasnya hingga tak tertahan lagi.
Ohw iya Tiang kapal tegak menjulang,
mengarungi laut biru, tak kenal maka tak sayang, kalau boleh kenalkan namaku.
Hari minggu kerumah paman, pulangnya bawa delima, hai kawan, namaku Atalia. Aku terlahir di dunia
ini dari keluarga yang sangat-sangat
hebat. Kanapa? Karena aku lahir
di dalam keluarga yang sangat menyanyangiku. Mungkin karna aku anak bungsu jadi semua kasih
sayang tercurah padaku. Aku tiga bersaudara. Kakakku namanya Lisa dan Dimas.
Aku di rumah hanya tinggal bertiga. Mama, kak Lisa dan diriku. Ayah dan
Kak.Dimas pergi bekerja mencari uang. Jika kalian bertanya, siapa orang yang
suka senyum kepada semua orang pasti jawabbannya adalah diriku. Eitss... bukan berarti aku gila lo ya. Aku suka
senyum kepada setiap orang yang kutemui karna aku adalah gadis yang ceria dan
aku juga menghormati setiap orang. Baik
di lingkungan rumah dan sekolah aku dikenal dengan anak yang ceria.
Sampai-sampai temanku saja heran, setiap kali aku ada masalah yang datang pasti aku menghadapinya dengan
senyuman dan aku akan merasa
enjoy. Karena aku yakin setiap
permasalah pasti akan membuat kita semakin baik dari yang sebelumnya.
***
Aku pernah bertanya pada mamaku.
“Ma, kapan ayah pulang?” Tanyaku kepada mama
“Besok kalau kerjaan ayah sudah
selesai sayang” Jawab mama
“Tapi ma, sampai kapan Tata harus menunggu?”
“Sampai waktunya tiba sayang”
“Maksudnya ma?”
“Sudah
sana belajar, PR kamu kan
banyak!”
Seperti
biasa mama tak menjawab pertanyaanku lagi. Aku merasa bingung dengan apa yang
dimaksud mama tadi. Aku belum menemukan jawaban dari pertanyaanku.
Aku
buka pintu kamarku dan aku
ambil hp dari atas meja belajarku. Aku tekan tombol
angka 08572944xxxx. Dan suaranya sudah terdengar.
“Ada apa Tata sayang, ayah masih kerja nih”
“Emww ayah, Tata kangen. Kapan ayah pulang?”
“Besok kalau kerjaan ayah beres ya sayang”
“Tapi ayah, Ata kangen”
Tut...tu...tut...
(suara dari hape ku). Ya ternyata habis pulsaku. Aku kembalikan hapeku ketempatan semula dan
kututup pintu kamarku langsung
aku menuju dapur dimana kak Lisa
dan mama sedang memasak.
Aku
masih menggerutu dengan
semua keadaan ini, keadaan dimana aku tak menyukainya.
“Sa,
kapan kamu ke makam ayah?”
“Nanti ma setelah Lisa pulang dari rumah teman”
“Jangan sampai adikmu tahu ya”
Makam
ayah? Kalimat itu membuat tubuhku lunglai. Aku bingung dengan semua ini. Aku
menjauh dari dapur dari mama dan Kak Lisa
berada.
Kalimat makam ayah membuat langkahku seperti terhentak oleh beban yang sangat keras di
pundak dan membuat langkahku menjadi gontai dan goyah. Aku lari menuju kamarku. Jadi itu semua jawaban yang
sebelumnya aku ingin tahu. Ayah
yang kubangga-banggakan ternyata sudah tiada? Kenapa, kenapa ini bisa terjadi? Air mataku mulai menetes, ada begitu banyak
pertanyaan dalam diriku. Kenapa mama dan kakak membohongiku, kenapa mereka tak
bilang, lalu suara siapa itu? Aku diam seribu bahasa aku hanya
menangis dan membuat mataku ini menjadi
lebam.
Dua hari berikutnya tiba-tiba mamaku dikejutkan oleh
kedatangan tim STP2K di sekolahanku. Mama tak menduga akan ada guru STP2K yang
datang menemuinya.
“Permisi buk”
“Iya pak, dari mana dan mencari siapa?”
“Saya ingin mencari ibunya Atalia”
“Iya, saya sendiri”
“Begini buk, sudah dua hari anak Ibu tidak berangkat
sekolah. Kalau boleh tahu Tata berada dimana ya bu?”
Sontak mamaku bingung dengan pertanyaan yang
disodorkan salah satu STP2K. Mama terdiam dan menahan air mata, mama kaget dan bingung dengan perilakuku sekarang.
“Tapi pak, dari kemarin tata berperilaku seperti biasanya. Hanya saja dia jarang makan di rumah dan sering
diam”
“Kalau saya boleh tahu, apakah ada masalah?”
“Setiap Tata ada masalah pasti dia cerita pak, saya
bingung dengan dia juga apakah dia ada masalah di sekolah atau
tidak”
Seperti biasa jam 15.00 aku pulang, dan mama
menyuruhku untuk makan. Tapi aku menolak. Di sudut pojok belakang mamaku
menyembunyikan air matanya tapi diriku tak mengetahuinya. Mataku hanya tertuju
pada kamarku dan seperti biasa aku hanya mengalamun di depan jendela kamarku.
Paginya aku berperilaku seperti biasa, dan ternyata
kak Lisa membuntutiku dari belakang. Kak Lisa kaget dengan akhir tujuan
perjalanku. Kak Lisa menepuk pundakku, aku dan kak lisa menangis disamping
kuburan ayahku.
***
Tanpa mama duga, setiap kali aku meminta izin untuk
sekolah aku hanya pergi ke kuburan dimana ayahku dikuburkan. Dari pagi hingga
siang aku menangis dan melampiaskan kekecewaanku terhadap keadaan yang telah
terjadi ini kepada ayahku yang telah terbaling di tanah.
“Kenapa, kenapa, kenapa ini harus terjadi yah”
“Aku tak menyangka ternyata ayah yang selama ini aku
banggakan sudah berada jauh dan tak mungkin aku temui“
“Kenapa mereka membongiku?”
“Ayah, Tata rindu ayah. Haruskah Tata menunggu hingga Tata
bosan dengan semua ini yah”
“Tata ingin bertemu ayah, apakah ayah juga rindu
dengan Tata?”
Setelah aku melampiaskan perasaan yang aku rasakan, tubuhku pasti akan
terlelap diatas kuburan ayahku.
Dalam hati aku bertanya-tanya. Mungkinkah itu ayah
yang tersenyum padaku? Tapi kenapa ia tak menghampiriku? Semakin keras aku
memanggil ayah semakin lama bayangan itu hilang memudar ditelan angin. Tapi
senyuman itu masih tersimpan di dalam memori otakku.
Yang sulit untuk aku hapus. Setelah raja siang mulai pergi ke arah timur
saat itu juga aku terbangun dan aku harus menghadapi kenyataan hidup yang sama
sekali aku tak inginkan. Air mataku mulai mengering dan membuat mataku menjadi
lebam. Tanpa basa-basi aku cium batu nisan ayahku dan aku berdoa untuknya. Ku
husap tetesan air mataku yang terlakhir dan aku mulai bergegas meninggakan
makam ayahku. Dalam benakku aku masih menangis tapi aku harus menyembunyikan
air mataku di depan mama dan Kak.Lisa. Aku tak ingin melihat mama melihat diriku yang
sekarang, tapi aku benci dengan drama yang harus aku perankan. Dramaku harus
berujung haru karena Kak.Lisa membuntuttiku dari belakang dan mengetahui semua
apa yang telah aku perbuat.
***
Kak lisa menepuk pundak dan memanggil namaku. Setelah
mendengar suara kak Lisa, aku kaget dan kak lisa langsung memeluk tubuhku yang
sedang rapuh. Aku curahkan semua isi hatiku dan kekecewaan yang aku rasakan
kepada kak Lisa. Kak Lisa hanya ikut menangis dan meminta maaf kepadaku. Aku
diajak pulang meninggalkan makam ayah. Di sepanjang jalan aku duduk manis dan
terdiam. Sesampainya di rumah, seperti biasa yang kutuju hanya kamarku. Kak
Lisa menceritakan semua yang terjadi kepada
mama. Dan keadaanku membuat mama harus meneteskan air matanya.
Setiap kali aku pergi aku pasti diantar
Kak,Lisa. Mungkin mama
takut kalau aku membolos sekolah lagi.
Disetiap perjalananku menuju kelas, di sepanjang itu pula aku mendengar suara
teman-temanku yang meneriakki namaku. Tapi aku hanya diam tanpa aku memberikan
senyumanku kepada mereka. Teman-temanku menjadi heran dengan perubahan ku
sekarang. Yang dulunya ceria menjadi pendiam dan suka mengalamun. Walau ada
yang mengajak aku bicara tapi aku cepat-cepat
menghindar dari kontak langsung dengan mereka.
“Kamu kenapa sih Ta? Cerita sama
aku”
“Maaf La, aku belum bisa cerita”
Kegiatanku di sekolah seperti tak ada yang istimewa aja, seperti hambar tak ada yang menarik. Hari-hari berikutnya harus
kulalui dengan kondisi perasaan yang sama.
Perubahan yang derastis mulai kurasa dari nilai yang kudapatkan menjadi
menurun hingga digantikan posisi yang aku inginkan dari dulu yaitu ketua ekstra
Dance oleh Sinta. Tapi aku hanya bisa diam. Sepulang sekolah aku diajak Lala ke
masjid dimana anak-anak rohis berkumpul dan mendengarkan kajian. Alumni Rohis memberikan kultum tentang bagaimana kita
menyikapi setiap masalah yang datang kepada kita, kita dilarang untuk berbuat
yang berlebihan. Karena setiap perbuatan yang berlebihan itu tidak baik. Dan disitu pula aku mendapatkan kedamaian yang sudah lama
tak bisa aku rasakan. Aku mulai sadar, diriku yang salah aku tak bertanya
dengan mama kenapa mereka membohongiku. Setelah aku ikut dari kajian bersama
anak-anak rohis aku pulang dengan perasaan yang mulai aku sukai lagi. Tapi
setelah sesampainya aku
di rumah. Suara
itu, suara itu terdengar tak asing
bagiku. Aku langsung mengikuti kemana arah suara itu berasal dan ku
temui, ternyata aku baru sadar itu suara Kak.Dimas yang dulunya berperan menggantikan posisi ayah
untukku. Bersamaan dengan itu pula aku
baru ingat kalau hari ini ulang tahunku. Dan sesuai dengan pesan ayahku dulu.
Aku baru akan diberitahu kalau ayah sudah tiada tepat di hari ulang tahunku.
Bersamaan itu pula aku menerima kado terakhir beserta surat di dalamnya. Dan surat ayah mulai aku baca dan aku mulai menitihkan
air mataku lagi.
Selamat
ulang tahun Tata sayang.
Jika Tata membaca
surat ini ber’arti Tata akan tahu dimana ayah berada. Tata pasti akan kaget,
jika ayah sebenarnya sudah tiada. Mungkin Tata bingung dengan semua ini kenapa
ini bisa terjadi dan kenapa mama dan
kakak membohongi Tata. Bukan maksud ayah membuat skenario ini.
Tapi perlu
kamu tahu, ayah sayang sama Tata.
Ayah tak
mau kamu berfikir kalau kamu dilahirkan berbeda dengan teman-temanmu dan ayah
tak mau kamu berfikir kenapa kamu tak mendapatkan kasih sayang dari seorang
ayah.
Disetiap
malam ayah mulai merasa kantuk, ayah mulai takut jika esok tak bisa melihat
dirimu. Di sepanjang malam ayah ditemani ibumu dan ayah selalu
berdoa supaya ayah bisa melihat kehadiranmu. Setiap hari ayah berjuang demi
rasa sakit yang selama ini harus ayah rasakan.
Ayah muulai
lelah dengan rasa sakit ini dan ayah mulai putus asa. Ayah kehilangan
semangat hidup. Namun karena ayah ingin melihatmu ayah sembunyikan rasa sakit
ini dari ibu dan kakakmu.
Tapi saat
itu ayah mulai merasa hidup ayah tak lama lagi. Maka dari itu ayah memutuskan
untuk membuat surat ini untuk disampaikan kepadamu tepat di hari ulang tahunmu.
Begitu juga dengan kado-kado yang kamu dapatkan. Itu benar-benar dari ayah.
Maafkan ayah
jika ini kado terakhir dari ayah
untuk Tata.
Ayah hanya ingin
Tata menjadi anak yang baik. Dan jangan buat mama
menangis. Ayah ingin kelak kita bisa bertemu dan ayah harap esok Tata bisa
menuntun ayah ke surga.
Ayah sayang
Tata, sungguh ayah minta maaf.
Air mataku tak terbendung lagi aku hiraukan air mata
ini membasahi pipiku. Dan pesan ayah harus aku lakukan. Aku ingin melihat ayah
tersenyum. Mungkin aku sudah terlambat tapi aku percaya aku bisa mewujudkan
cita-cita ayah.
Dalam hati aku berkata “Ayah, Tata janji Tata akan kembali
menjadi Tata yang dulu.
Tapi Tata ingin ayah bersabar karena untuk kembali menjadi Tata yang dulu butuh waktu
untuk mengobati kekecewaan yang sudah Tata rasakan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar