PENGUKURAN
DEBIT AIR
VIKA TARI RAMADHANTY
16/394254/PN/14493
BUDIDAYA PERIKANAN
Abstrak
Tujuan
dari praktikum pengukuran debit air
adalah untuk mengetahui cara pengukuran debit air dengan berbagai macam
metode, mengetahui cara menghitung debit air, dan membandingkan metode yang
lebih efektif dalam pengukuran debit.
Praktikum pengukuran debit air ini dilaksanakan di selokan kolam perikanan Universitas Gadjah Mada pada
hari kamis tanggal 14 September 2017 pukul 13.30 sampai selesai. Parameter yang
diamati adalah ketinggian air dalam selokan,
lebar weir, panjang selokan, konstanta perairan. Pengukuran debit air
menggunakan metode Embody’s Float, Rectangular Weir Method dan 90o Triangular
Nontch Weir Method. Standar deviasi dengan embody’s
float methode stasiun 1 sebesar 0,001014693 m3/s stasiun 2 sebesar
0,010453741 m3/s, dengan metode 90
triangular nontch weir stasiun 1 sebesar
0,000338846 m3/s, stasiun 2 sebesar 0,001561731 m3/s. Dan
dengan methode rectangular weir didapatkan hasil pada stasiun 1 sebesar
0,0000864947 m3/s dan stasiun 2 sebesar 0,004573743 m3/s.
Berdasarkan
nilai SD terendah maka metode 90o Triangular Nontch Weir sesuai untuk saluran I dan 2.

Kata kunci : air, debit,
embody’s float metode, rectangular notch weir, triagular weir
PENGANTAR
Indonesia
merupakan salah satu negara penghasil ikan budidaya ikan terbanyak di dunia. Dalam kegiatan budidaya perikanan maka
diperlukan suatu sistem perairan yang baik, salah satunya yaitu dalam
pengirigasian kolam, danau, tambak dan lain-lain. Pengelolaan sumber daya air
dengan perancangan bangunan air diperlukan suatu informasi yang menunjukan
jumlah air yang akan masuk ke bangunan tersebut dalam satuan waktu yang dikenal
sebagai debit aliran. Informasi besarnya debit aliran air ini membantu
mengenai dalam perancangan bangunan
dengan memperhatikan besarnya debit puncak ( banjir) yang diperlukan untuk
perancangan bangunan pengendalian banjir dan juga dilihat dari data debit
minimum yang diperlukan untuk pemanfaatan air terutama pada musim kemarau untuk
kolam, tambak atau sejenisnya informasi debit ini sangat membantu dalam hal lamanya
pengisian air agar mencukupi untuk suatu perairan. Sehingga dengan adanya data
debit tersebut pengendalian air baik dalam keadaan berlebih atau kurang sudah
dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi dampak banjir pada saat
debit maksimum dan kekeringan atau defisit air pada saat musim kemarau panjang.
Melalui
pengukuran debit air maka dapat diketahui kemampuan perairan untuk menyuplai
air untuk kebutuhan mahkluk hidup seperti manusia, maupun hewan dan tumbuhan.
Didalam dunia perikanan memiliki peran yang setrategis dimana air adalah
komponen utama dalam budidaya perikanan.
Menurut
Hadiwigeno(1990) air adalah media tempat semua organisme air yang merupakan
elemen dasar penyusun dari tumbuhan dan binatang. Air juga merupakan medium
tempat terjadinya reaksi kimia baik didalam maupun diluar organism hidup.
Penentuan debiat air sungai diperlukan unuk mengetahui besarnya air yang
mengalir dari sungai ke laut. Dalam penentuan debit air sungai perlu diketahui
luas penampangnya yaitu dengan mengukur kedalaman dan lebar masing-masing titik
pengukuran. Arus dan debit merupakan suatu gerakan air yang mengakibatkan
perpindahan horizontal massa air. Arus dapat menyebabakan terjadinya kerusakan
fisik pada sungai atau selokan seperti pengikisan daratan, perpindahan sedimen
dan lain sebagainya.
Menurut
Asdak (1995) debit air adalah laju aliran air yang melewati suatu penampang
melintang sungai/aliran air per satuan waktu. Di dalam satuan SI, besar debit
dinyatakan dalam satuan m3/detik. Pengukuran debit air dapat
dilakukan dengan mengukur volume aliran sungai, menentukan luas penampang
sungai, menggunakan bahan kimia (pewarna) yang dialirkan dalam aliran sungai,
atau dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir (aliran air lambat)
atau flume (aliran air cepat) pergerakan air sangat ditentukan oleh intensitas
hujan dan lamanya hujan, topografi bentuk dan kemiringan lereng, karakteristik
geologi terutama jenis dan struktur tanah, keadaan vegetasi, serta faktor
manusia (Soebarkah, 1978).
Arus
sungai memiliki kecepatan yang berbeda-beda, baik dari hulu ke hilir maupun
dari waktu ke waktu. Debit air dan arus sungai saling mempengaruhi pada suatu
ekosistem sungai (Odum, 1993). Pemilihan lokasi pengukuran debit air sebaiknya
dilakukan di bagian aliran perairan yang lurus, tidak ada tumbuhan, jauh dari
percabangan sungai (Sitohang et al., 2006).
Debit aliran merupakan satuan untuk
mendekati nilai-nilai hidrologis proses
yang terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat
diperlukan untuk mengetahui potensi
sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat
monitor dan mengewaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi
permukaan yang ada. Tujuan dari diadakan
praktikum pengukuran debit air ini adalah untuk mengetahui cara pengukuran
debit air dengan berbagai macam metode, mengetahui cara menghitung debit air,
dan membandingkan metode yang lebih efektif dalam pengukuran debit.
METODE
Praktikum
pengukuran debit air ini dilaksanakan di selokan kolam perikanan Universitas
Gadjah Mada pada hari kamis tanggal 14 September 2017 pukul 13.30 sampai
selesai. Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu bola pingpong,
timer/stopwatch, penggaris, papan/triplek rectangular weir dan 900
Triangular weir, alat tulis, kalkulator, dan meteran. Parameter yang diamati
adalah ketinggian air dalam selokan,
lebar weir, panjang selokan, konstanta perairan.
Pengukuran
debit air menggunakan metode metode Embody’s Float, Rectangular Weir Method dan 90o Triangular
Nontch Weir Method. Pada Embody’s Float Method, alat yang digunakan
adalah bola pingpong, meteran, penggaris, dan stopwatch. Bola pingpong
dihanyutkan dari titik awal hingga titik akhir jaraknya 50 m. Kemudian catat waktu
yang ditempuh bola pingpong tadi dengan timer/ stopwatch, kemudian
lakukan 3 kali ulangan. Kemudian mengukur lebar selokan (W), kedalaman (D)
dengan penggaris, dan ditentukan konstanta dari materi dasar saluran (0,8 =
berbatu, 0,9 = berpasir). Debit air dihitung dengan menggunakan rumus;

dimana R
merupakan debit air (m3/s); W merupakan rata-rata lebar muka air
(m); D merupakan rata-rata kedalaman (m); A merupakan konstanta; L merupakan
jarak yang ditempuh bola pingpong (m); dan T merupakan waktu yang dibutuhkan
bolah pingpong menempuh jarak yang ditentukan.
Metode kedua
yang digunakan adalah Rectangular Weir Method. Cara kerja dengan metode
ini adalah dengan membendung air dengan rectangular weir, alat ini memiliki celah
persegi panjang sehingga air akan melewati celah tersebut. Selanjutnya,
ditentukan posisi bendungan/weir yang akan digunakan. Kemudian, air
diukur tingginya dimulai dari awal celah persegi panjang (H). Langkah akhir
adalah mengukur lebar celah persegi panjang (L). Setelah semua data telah
dikumpulkan, lalu debit air dapat dihitung dengan rumus Q = 3,33 x H3/2 (L
- 0,2H), dengan Q merupakan debit air (m3/s); H merupakan tinggi weir
(m); dan L merupakan lebar weir. Setelah menggunakan kedua metode
sebelumnya, debit air kembali dihitung dengan menggunanakan 90º Triangular
Notch Weir Method. Bentuk bendungan yang digunakan pada metode ini mirip
dengan menggunakan Rectangular Weir Method, akan tetapi celahnya
berbentuk segitiga dengan sudut 90º. Mengukur debit air dengan metode ini hanya
perlu membendung aliran air dengan bendungan khusus 90º Triangular Notch
Weir dan menghitung ketinggian air (H) selanjutnya dihitung dengan rumus Q = 2,54 x H5/2, dengan Q merupakan debit air (m3/s) dan H
merupakan tinggi weir (m)
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan pengukuran debit air di
selokan kolam perikanan Ugm
|
stasiun
|
Embody's
|
trianggular
|
rectangular
|
i
|
1
|
0,006298
|
0,0003
|
0,00413
|
2
|
0,005
|
0,00094
|
0,00427
|
|
3
|
0,007
|
0,000813
|
0,004112
|
|
Rerata
|
0.006099333 ± 0.001014693
|
0.000648333 ± 0.000338846
|
0.004170667 ± 0.0000864947
|
|
ii
|
1
|
0,000174
|
0,004
|
0,000183
|
2
|
0,021
|
0,000952
|
0,0036
|
|
3
|
0,00899
|
0,001885
|
0,00924
|
|
Rerata
|
0.010054667 ± 0.010453741
|
0.002279 ± 0.001561731
|
0.004341 ± 0.004573743
|
|
standar deviasi
|
Embody's
|
trianggular
|
rectangular
|
|
i
|
0,001014693
|
0,000338846
|
8,64947E-05
|
|
|
ii
|
0,010453741
|
0,001561731
|
0,004573743
|
PEMBAHASAN
Menurut Sasrodarsono (1985)
debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu
tempat atau yang dapat ditampung dalam suatu tempat tiap satuan waktu. Menurut Asdak (1995), debit aliran adalah laju aliran
air yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuam waktu. Dalam
satuan meter per detik atau liter per detik. Debit air juga dapat diartikan
sebagai volume air yang mengalir kesuatu titik tiap satuan luasnya. Praktikum
pengukuran debit air dilakukan untuk mengetahui cara mengukur debit air dengan
beberapa metode dan mengetahui cara perhitungan debit air. Debit air
dipengaruhi oleh bentuk saluran air, kondisi dasar perairan, ukuran saluran
air, dan kemiringan bidang lahan. Semakin besar ukuran batu dasar dan semakin
banyak curah hujan, semakin cepat pengukuran air, semakin kuat, dan kecepatan
arus cepat, sehingga dapat mempengaruhi debit air (Cholik, 1991).
Praktikum pengukuran debit
air ini dilakukan dengan menggunakan tiga metode pengukuran yaitu Embody’s float, Rectangular weir dan 90°
Triangular nocth weir. Pengukuran debit air dengan metode Embody’s float, Rectangular weir dan 90°
Triangular nocth weir tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Embody’s float method merupakan
metode pengukuran yang paling sederhana sehingga setiap orang dapat
melakukannya, sebab hanya membutuhkan alat-alat yang sederhana seperti meteran,
bola ping-pong, dan stopwatch. Hal tersebutlah yang menyebabkan metode Embody’s float mudah diaplikasikan baik
pada perairan dangkal maupun dalam. Pada percobaan pengukuran debit air dengan
metode Embody’s float tampak kurang
akurat sebab pelampung (bola ping-pong) tidak bergerak lurus melainkan
berkelak-kelok, sehingga mempengaruhi hasil debit. Bola tidak berjalan lurus
sebab saluran air yang digunakan lebar. Embody’s
float method akan lebih efektif digunakan pada saluran air yang kecil.
Kekurangan metode Embody’s float adalah
metode tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti angin dan gangguan
permukaan (Subiantoro, 2007). Kelebihan metode Rectangular weir adalah tidak membutuhkan banyak pengukuran dan
tidak terpengaruh oleh konstanta periran, sementara kekurangannya adalah untuk
mengaplikasikannya sulit sebab harus membuat weir terlebih dahulu, selain itu
saat dibendung juga ada beberapa air yang lolos, serta sulitnya dalam mengatur
ketinggian air saat membendung. Kelebihan metode 90° Triangular notch weir adalah tidak memerlukan banyak pengukuran,
sehingga meminimalisir kesalahan, tidak terpengaruh konstanta perairan, data
yang diperoleh lebih teliti dan akurat karena prinsip-prinsip hidrolika dapat
diterapkan. Metode 90° Triangular notch
weir cocok digunakan pada perairan yang kecil dan kurang efektif apabila
diterapkan pada perairan yang lebar maupun pada perairan yang memiliki nilai
kedalaman yang rendah. Meskipun bisa dilakukan pada perairan yang lebar dan
besar, namun akan dibutuhkan biaya yang besar untuk membangun
weir(Sastrodarsono,1995).
Dari
hasil percobaan dengan metode embody’s float didapatkan hasil Debit air pada saluran I stasiun pertama sebesar
0,006298 m3/s , stasiun dua 0,005 m3/s , stasiun tiga
0,007 m3/s dengan rerata 0,006099333±0,001014693. Pada saluran 2
stasiun 1 didapatkan debit air sebesar 0,000174 m3/s, stasiun 2 sebesar
0,021 m3/s, stasiun 3 sebesar 0,00899 m3/s dengan rerata
0,010054667 ± 0,010453741. Pada saat menggunakan 90
90°
Triangular nocth weir didapatkan
hasil debit saluran 1 stasiun 1 sebesar
0,0003 m3/s , stasiun 2 sebesar 0,00094 m3/s, stasiun 3
sebesar 0,000813 dengan rerata 0,000648333±0,000338846. Pada saluran 2 stasiun
1 didapatkan debit air sebesar 0,004 m3/s, stasiun 2 sebesar
0,000952 m3/s, stasiun 3 sebesar 0,001885 m3/s dengan
rerata 0,002279±0,001561731. Sedangkan saat menggunakan rectangular weir
didapatkan debit air pada saluran 1 stasiun 1 sebesar 0,00413 m3/s,
stasiun 2 sebesar 0,00427 m3/s , stasiun 3 sebesar 0,004112 m3/s dengan rerata sebesar
0,004170667±0,0000864947. Pada saluran 2 stasiun 1 didapatkan hasil debit aire
sebesar 0,000183 m3/s, stasiun 2 sebesar 0,0036, stasiun 3 sebesar
0,00924 m3/s dengan rerata 0,004341±0,004573743 m3/s.
Untuk standar deviasi dengan Embody’s Float stasiun 1 sebesar 0,001014693 m3/s
stasiun 2 sebesar 0,010453741 m3/s, dan 90o Triangular
Nontch Weir Method. stasiun 1 sebesar 0,000338846 m3/s,
stasiun 2 sebesar 0,001561731 m3/s. Sedangkan dengan dengan Rectangular
Weir Method didapatkan hasil pada stasiun 1
sebesar 0,0000864947 m3/s dan stasiun 2 sebesar 0,004573743 m3/s.

Dari
hasil tersebut metode yang sesuai untuk menghitung debit air pada saluran I dan
2 ialah metode 90o Triangular Nontch Weir. Sebab nilai SD saluran 1
dan 2 yang terendah adalah dengan metode 90o Triangular Nontch Weir.
Saluran 1 dan 2 memiliki bentuk lurus dan sedikit percabangan, bagian tepi dan
dasar yang rata, ukuran lebar selokan yang kecil, sehingga mudah untuk
dibendung. Rumus perhitungan pada metode ini juga menghasilkan keakuratan yang
tinggi. Manfaat pengetahuan mengenai debit perairan ialah seperti untuk mengetahui
volume air yang masuk, keluar di kolam, untuk sirkulasi air, serta menambah
ketersediaan oksigen, menentukan lokasi yang sesuai untuk pembangunan waduk,
menentukan jenis ikan yang akan dibudidaya dan membantu memperkirakan lama
waktu pengisian kolam
Dalam menganalisis debit, metode lain yang dapat digunakan adalah metode HSS Gama I, HSS Limantara,
dan Analisis Frekuensi Debit. Perhitungan juga dilakukan dengan beberapa
empiris yaitu Metode Rasional, Metode Melchior, Metode Weduwen, dan Metode Haspers (Mananoma et.al, 2014). Metode lain yang dapat
digunakan yaitu Metode Mock dikembangkan oleh Dr.F.J.Mock. Metode Mock untuk
memperkirakan besarnya debit suatu daerah aliran sungai berdasarkan konsep
waterbalance. Air hujan yang jatuh (presipitasi) akan mengalami
evapotranspirasi sesuai dengan vegetasi yang menutupi daerah tangkapan hujan. Evapotranspirasi
pada Metode Mock adalah evapotranspirasi yang dipengaruhi oleh jenis vegetasi,
permukaan tanah dan jumlah hari hujan. Model NRECA dikembangkan oleh “NORMAN
CRAN FORD” untuk data debit harian, bulanan yang merupakan model limpasan yang
relatif sederhana, dimana jumlah parameter model hanya 3 atau 4 parameter. Cara
perhitungan dengan metode NRECA ini, juga sesuai untuk daerah cekungan yang
setelah hujan berhenti, masih ada aliran di sungai selama beberapa hari (Jasin,
2012). Pengukuran
debit air memiliki banyak manfaat dalam bidang perikanan khususnya budidaya
perikanan. Debit air dapat digunakan dalam pendistribusian
dalam kolam atau tambak. Debit air dapat digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kebutuhan air untuk irigasi. Debit air dapat digunakan untuk budidaya
ikan, karena dapat digunakan untuk mengatur besar kecilnya air yang masuk ke
kolam.
KESIMPULAN
Dalam
mengukur debit air ada tiga methode yaitu metode Embody’s Float,
Rectangular Weir Method dan 90o Triangular
Nontch Weir Method. Rumus untuk menghitung embody’s float methode yaitu
R=
dimana R
merupakan debit air (m3/s); W merupakan rata-rata lebar muka air
(m); D merupakan rata-rata kedalaman (m); A merupakan konstanta; L merupakan
jarak yang ditempuh bola pingpong (m); dan T merupakan waktu yang dibutuhkan
bolah pingpong menempuh jarak yang ditentukan. Rumus 90
triangular
notch weir dan rectangular weir yaitu Q = 2,54 x H5/2, dengan Q merupakan debit air (m3/s) dan H
merupakan tinggi weir (m). Rumus Rectangular Weir Method rumus Q = 3,33 x H3/2 (L
- 0,2H), dengan Q merupakan debit air (m3/s); H merupakan tinggi weir
(m); dan L merupakan lebar weir. standar
deviasi dengan Embody’s Float, stasiun 1 sebesar 0,001014693 m3/s
stasiun 2 sebesar 0,010453741 m3/s, dengan methode 90
triangular nontch weir stasiun 1 sebesar
0,000338846 m3/s, stasiun 2 sebesar 0,001561731 m3/s.
Sedangkan dengan methode rectangular weir didapatkan hasil pada stasiun 1
sebesar 0,0000864947 m3/s dan stasiun 2 sebesar 0,004573743 m3/s.
Berdasarkan nilai SD
terendah metode yang paling sesuai untuk saluran 1 dab 2 kolam perikanan UGM
yaitu metode 90o Triangular Nontch Weir.



DAFTAR PUSTAKA
Cholik. 1991. Jurnal Penelitian Perikanan. Pusat
Penelitian Perikanan. Dirjen Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Hadiwigeno, 1990.
Petunjuk Praktis Pengelolaan Perairan Umum bagi Pembangunan Perikanan. Departemen Perikanan, Badan Penelitian dan Pembangunan
Pertanian, Jakarta
Jastin, M.I. A. Binilang,
J.D Mamoto. 2012. Analisis Debit Sungai Munte Dengan Metode Mock Dan Metode
Nreca Untuk Kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Air. Jurnal sipil statik. 1(1).
34-38
Manonama, Tiny. Eveline
Wuisan, dan Hanny Tangkudung. 2014. Analisis debit banjir sungai ranoyapo
menggunakan metode hss gama-I dan Hss limantara. Jurnal sipil statik. 2(1).
1-12
Odum, E. P. 1993.
Dasar-Dasar Ekologi. UGM press. Yogyakarta
Sastrodarsono,
Takasaki. 1995. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT Pradnoyo
Paramitha. Jakarta.
Sitohang, C.
2006. Limnology. Riau University Press. Riau.
Soebarkah, I. 1978. Hidrologi untuk Perencenaan Bangunan Air. Idea
Dharma. Bandung.
Sosrodarsono. 1985. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita.
Jakarta.