ANALISIS KUALITAS AIR
VIKA TARI RAMADHANTY
16/394254/PN/14493
BUDIDAYA PERIKANAN
Abstrak
Tujuan dilakukannya
praktikum kualitas air ini adalah yaitu untuk mengetahui kualitas air di kolam
Perikanan UGM dan Danau Lembah UGM serta mengetahui hubungan antar parameter
kualitas air. Praktikum kualitas air dilakukan di kolam Perikanan UGM dan Danau
Lembah UGM pada tanggal 17 September 2017 pukul 06.00-18.00 WIB. Parameter yang
diamati yaitu parameter fisik (suhu udara, suhu air, kecerahan, TSS), parameter
kimia (DO, CO2 bebas, PH, alkalinitas, BOD0, BOD5, BOD, dan bahan
organik), dan parameter biologi(densitas dan diversitasplankton). Hasil pengamatan yang diperoleh menunukkan hasil pada
tiap parameter berbeda antara kolam dengan danau. Dilihat dari kandungan CO2,
BOD, BO, densitas plankton dan diversitas plankton kualitas perairan danau
lebih baik dibandingkan dengan kolam. Namun kualitas perairan kolam juga masih
tergolong baik. Hubungan antar parameter yaitu nilai CO2 berbanding
terbalik dengan DO, dan apabila DO tinggi maka suhu juga akan tinggi. Apabila kandungan CO2
tinggi maka kandungan pH akan menurun, dan apabila alkalinitas tinggi maka ph
akan rendah. Apabila BO tinggi maka DO akan tinggi. BOD tinggi maka TSS akan
tinggi dan kecerahan akan rendah.
Kata kunci: air, BO, densitas,
diversitas, kualitas,
PENGANTAR
Air merupakan faktor penting
bagi makhluk hidup baik bagi manusia maupun organisme lain. Manusia
memanfaatkan air untuk dikonsumsi, kebutuhan sehari-hari dan lain-lain.
Sedangkan organisme yang hidup perairan membutuhkan air untuk tempat
hidupnya. Kualitas air sangatlah
menentukan kehidupan dari banyak organisme. Dengan begitu kualitas air haruslah
baik untuk mendukung kehidupan organisme terebut. Pengelolaan kualitas air akan
berpengaruh pada biota-biota yang ada di perairan terutamanya saat melakukan
budidaya, maka dari itu perlu melakukan pengelolaan kualitas. Dalam pengertian
umum. Kualitas air mencakup sifat fisika, kimia dan sifat biologi air, Faktor
faktor ini secara bersama dan dinamis membuat kondisi kualitas air berbeda,
karena perbedaan salah satu faktor tersebut. Danau sangatlah diperlukan
mengingat banyaknya manfaat dari sebuah danau. Budidaya ikan pada kolam atau
danau tidak terlepas dari pengaruh kualitas dari air pada kolam atau danau tersebut jika ingin
berhasil.
Air
merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa diganti perannya bagi
makhluk hidup. Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi
semua kehidupan di bumi (Wardjojo, 1995). Kualitas air merupakan penentu
kelangsungan kehidupan makhluk hidup kedepannya. Danau merupakan perairan
lentik yang dalam dan pada tepinya biasanya ditumbuhi oleh tumbuhan. Danau
merupakan perairan lentik yang dapat dikembangkan untuk kesejahteraan
masyarakat. Danau memiliki banyak sekali manfaat bagi manusia, misalnya untuk
aktifitas sehari-hari yaitu untuk sebagai air minum serta untuk kebutuhan
lainnya. Danau juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan-ikan yang
nantinya dapat dimanfaatkan manusia untuk dikonsumsi. Pelestarian danau sangat
diperlukan mengingat banyaknya manfaat dari sebuah danau (Triyatmo, 2001).
Air
merupakan regulator yang universal dimana hampir berbagai macam zat terlarut di
dalamnya dan berinteraksi langsung dengan sistem yang terdapat dalam setiap organisme
hidup. Kualitas air merupakan salah satu aspek yang semakin banyak mendapatkan
perhatian dan pengelolaan sumber daya air. Kualitas air secara umum menunjukkan
mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan ke kegiatan lain.
Sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas
air untuk keperluan air minum. Kualitas air mengacu pada kandungan polutan yang
terkandung dalam air dan kaitannya untuk menunjang kehidupan ekosistem yang ada
di dalamnya. Dalam memahami kualitas air, kita perlu mengetahui sifat-sifat air
terlebih dahulu (Haslam, 1995).
Kualitas
air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain
di dalam air. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap
air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi
atau uji kenampakan (bau dan warna). Kualitas air dapat dinyatakan dengan
beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut
dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, COD dan
sebagainya) dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri dan sebagainya).
(Sasongko, et.al , 2014)
Kualitas
air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji berdasarkan parameter
tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115: Tahun
2003), kualitas air tersebut dapat dinyatakan dengan parameter fisik
karakteristik air dan kualitas air sungai. Parameter fisik menyatakan kondisi
fisik air atau keberadaan bahan-bahan yang dapat diamati secara visual/kasat
mata. Parameter fisik tersebut adalah kandungan partikel/padatan, warna, rasa,
bau, dan suhu. Sedangkan yang termasuk dalam karakteristik air sungai ini yaitu
sedimentasi dan salinitas. (Arianty Gandika dkk, 2012). Kualitas air
dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut.
Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan
(bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air
sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk
menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya
Suatu
sungai dikatakan terjadi penurunan kualitas air, jika air
tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan status mutu air secara
normal. Status mutu air adalah tingkat
kondisi mutu air yang menunjukan kondisi tercemar atau kondisi baik pada suatu
sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang
ditetapkan. Penentuan status mutu air dapat dilakukan salah satunya dengan
menggunakan Metode Indeks Pencemaran. Indeks Pencemaran (Pollution Index)
digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter
kualitas air yang diizinkan. Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu
peruntukan, kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh
bagian badan air atau sebagian dari suatu sungai KLH, (Purnomo Mangku et.al, 2013).
Analisis
kualitas air meliputi parameter fisik, kimia, dan biologi. Semua parameter
harus tetap dalam keadaan seimbang, tidak berlebihan maupun kekurangan agar
tetap dapat menunjang berlangsungnya kehidupan dari organisme yang hidup dalam
perairan tersebut. Ketidakseimbangan nilai dari tiap parameter yang ada dapat
menyebabkan terjadinya gangguan berjalannya siklus hidup pada ekosistem
perairan (Sutanto & Purwasih, 2012). Oleh karena itu, diperlukan analisa
air untuk menentukan dan menghitung zat-zat
yang terkandung di dalam air sehingga dapat diketahui perairan
tersebut memiliki kualitas air yang baik
atau tidak. Praktikum Analisis Kualitas Air bertujuan untuk mengetahui kualitas
air kolam Perikanan UGM dan Danau Lembah UGM serta mengetahui hubungan antar
parameter kualitas air.
METODOLOGI
Praktikum
analisis kualitas air dilaksanakan di
kawasan kolam Inkubator Mina Bisnis UGM dan danau Lembah UGM pada tanggal 17
September 2017 pukul 06.00 WIB sampai selesai. Jumlah stasiun pada praktikum
kali ini yaitu 4 stasiun(inlet outlet di danau lembah dan inlet outlet kolam
perikanan UGM. Parameter yang diamati yaitu parameter fisik (suhu udara, suhu
air, kecerahan, TSS(Total Suspended Solid)), kimia(DO, CO2 bebas,
alkalinitas, BOD, Ph, bahan organik), serta biologi (densitas plankton dan
diversitas plankton).
Alat
yang digunakan pada praktikum ini yaitu
roll-meter, termometer, refraktometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur,
pipet ukur, buret, pipet tetes, mikroburet, ember plastik, jaring plankton,
Sedgwick-Rafter Counting Cell, mikroskop, kertas label, kertas alumunium,
botol, kertas saring, dan alat
tulis. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas pH atau pH
meter, larutan MnSO4, larutan reagen oksigen, larutan H2SO4
pekat, larutan 1/80 N Na2S2O2, larutan 1/40 N Na2S2O3,
larutan1/44 N NaOH, larutan 1/50 N H2SO4, larutan 1/50 N
HCL, larutan indikator amilum, lartan indikator Phenolphptalein(PP), larutan
indikator Methyl Orange(MO), dan larutan 4% formalin.
Metode yang
digunakan dalam praktikum analisis kualitas air yaitu dalam hal pengukuran suhu
menggunakan termometer, kecerahan menggunakan Secchi disk yaitu menghitung
jarak secchi disk terlihat dan tidak terlihat. Pengukuran Kandungan padatan
tersupsensi total(TSS) dengan metode gravimetri, dengan rumus sebagai berikut:
Kandungan TSS=
dimana Y adalah
volume air sampel damal ml, A adalah berat kertas saring sebelum digunakan, B
adalah berat kertas saring setelah digunakan dan dikeringkan. Pengukuran
alkalinitas dengan mengunakan alat refraktometer. Kandungan O2
terlarut (DO atau Dissolved Oxygen) menggunakan metode winkler, dengan
rumus perhitungan sebagai berikut : Kandungan O2 terlarut =
dengan Y merupakan banyaknya larutan 1/80 N Na2S2O3
yang digunakan untuk titrasi dari awal hingga akhir. Kandungan CO2 bebas
menggunakan metode alkalimetri, dengan rumus perhitungan sebagai berikut : Kandungan CO2 =
dengan C sebagai larutan 1/44 N
NaOH yang digunakan dalam titrasi. Pengukuran BOD
menggunakan metode winkler, dengan rumus sebagai berikut: Kandungan BOD=
dengan B adalah kandungan O2
terlarut segera, dan B adalah kandungan 02 terlarut 5 hari. Indeks
diversitas plankton dihitung menggunakan rumus Shanon-Wienner: H =
2
dimana H adalah indeks keanekaragam, ni merupakan cacah individu suatu genus
dan N adalah cacah individu seluruh genera. Densisitas plankton
diukur dengan rumus N=
. Dimana N =jumlah plankton per liter, Oi
yaitu luas gelas penutup preparat, Op yaitu luas lapangan pandang, Vr volume
air yang diamati, Vs jumlah air yang disaring, n adalah jumlah plankton pada
seluruh bidang pandang, P yaitu jumlah bidang pandang yang teramati.







Hasil
Dan Pembahasan
Hasil
Tabel
1. Hasil Pengamatan Parameter Kolam

Tabel
2. Hasil Pengamatan Parameter Danau

PEMBAHASAN
GRAFIK SUHU
KOLAM VS WAKTU

Grafik 1: SUHU KOLAM VS WAKTU
![]() |
Grafik
2;SUHU DANAU VS WAKTU
Berdasarkan grafik
suhu udara antara inlet dan outlet kolam perikanan dengan danau lembah UGM
hasilnya menunjukkan bahwa kedua stasiun tersebut tidak memilik perbedaan yang jauh. Suhu udara
akan mengikuti lingkungannya. Hal ini karena suhu udara akan mengikuti
lingkungannya. Suhu udara adalah relative, tergantung pada
faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti misalnya lamanya penyinaran
matahari, cuaca, angin. Hal itu dapat berdampak lansung akan adanya perubahan
suhu di udara. Suhu udara bervariasi menurut tempat dan dari waktu ke waktu di
permukaan bumi. (Wisnubroto,S,S.S.L Aminah, dan Nitisapto,M. 1982). Suhu udara
paling tinggi di kolam perikanan UGM dan danau Lembah yaitu terjadi pada pukul 15.00 WIB sebesar 33o
C dan suhu terendah pada pukul 06.00 WIB
dan 18.00 WIB sebesar 24.5oC. Suhu akan naik pada siang hari dan
akan turun pada sore hari, berkaitan dengan posisi matahari. Pada pagi hari
intensitas cahaya matahari akan berkurang karena matahari belum terlalu nampak
hal ini akan membuat suhu udara menjadi rendah faktor lain
yang memengaruhi suhu adalah pertukaran panas antara air dengan udara
disekelilingnya dan juga faktor (penutupan vegetasi) dari perpohonan yang
tumbuh di tepi(Barus,2004).
Suhu air di
danau dan di kolam juga tidak memiliki perbedaan yang jauh. Suhu air tertinggi
untuk kolam tertinggi pada pukul 15.00 WIB dan 18.00 WIB yaitu sebesar 30,5oC
dan pada danau suhu tertinggi pada pukul 12.00 WIB yaitu sebesar 30oC.
Untuk suhu terendah daerah kolam yaitu pada pukul 09.00 sebesar 27oC dan untuk daerah danau
terjadi pada pukul 06.00 WIB sebesar 28oC. Suhu air pada waktu sore
hari lebih tinggi dibandingkan dengan pagi hari karena kemampuan air yang lebih
lama menyimpan panas. Air dapat
menyerap panas dengan mudah dan menahan panas lebih lama, sehingga kapasitas
panas dalam air cenderung tetap. Suhu air yang lebih tinggi dari suhu udara,
disebabkan karena air memiliki kerapatan molekul yang lebih tinggi sehingga
mampu menyimpan panas lebih lama dibandingkan molekul udara (Effendi,2003).

Grafik 3: KECERAHAN VS WAKTU
Kecerahan
yaitu menggambarkan kejernihan air untuk dapat menerima cahaya matahari.
Kecerahan tertinggi pada kolam yaitu terjadi pada pukul 12.00 WIB sebesar 46,5
cm dan terendah pada pukul 18.00 WIB sebesar 39,45 cm. Pada daerah danau kecerahan
tertinggi pada saat pukul 06.00 WIB sebesar
49,75 cm dan terendah pada pukul 12.00 WIB sebesar 34,5 ccm. Kecerahan
pada pagi hari menjadi rendah disebabkan karena adanya intensitas cahaya
matahari. Namun untuk daerah danau justru kebalikannya. Hal ini mungkin
disebabkan karena banyaknya tumbuhan yang ada disana sehingga akan menghalangi
cahaya matahari untuk masuk menembus air. Tingginya kecerahan juga disebabkan
oleh aktivitas organisme fitoplankton, pada pagi hari fitoplankton belum aktif
melakukan fotosintesis sedangkan kederahan pada siang hari menuju sore hari
disebabkan oleh banyaknya aktifitas fitoplankton yang sedang melakukan
aktivitas fotosintesis. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh
adanya cuaca, kekeruhan padatan yang tersuspensi dan terlarut (lumpur dan pasir
halus) (Effendi, 2003).

Grafik
4: TSS VS WAKTU
Padatan
tersupensi dalam air umumnya diperlukan untuk penentuan produktivitas dan
mengetahui norma air yang dimaksud dengan jalan mengukur dalam berbagai periode.
Suatu kenaikan mendadak, padatan tersuspensi dapat ditafsir dari erosi tanah
akibat hujan. Pergerakan air berupa arus pasang akan mampu mengaduk sedimen
yang ada. Menurut Prescod (1973), kandungan padatan tersuspensi dalam perairan
tidak boleh lebih dari 100ppm. Tingginya kandungan TSS dalam perairan akan
mengurangi kedalaman penetrasi cahaya matahari ke dalam air sehingga
berpengaruh langsung terhadap fotosintesis oleh fitoplankton dan pengaruh tidak
langsung terhadap keberadaan zooplankton dalam perairan (Fardiaz, 1992). Total
Suspended Solid (TSS) yang tinggi dalam suatu perairan dapat mengurangi nilai
guna perairan dan mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya (Sumawidjaja,
1974).
Menurut data yang diperoleh didapatkan nilai TSS pada kolam dan danau memiliki
nilai yang sama yaitu sebesar 0,2 ppm. Dengan begitu berarti kualitas air pada
stasiun ini masih bagus dan layak untuk kehidupan organisme.

Grafik
5: DO VS WAKTU
Sumber
oksigen yang ada dihasilkan oleh fitoplankton yang melakukan fotosintesis.
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari
udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut
(Salmin, 2000). Menurut data yang diperoleh nilai DO
tertinggi pada kolam yaitu sebesar 6,5 ppm dan terjadi pada pukul 18.00 WIB
sedangkan DO terendah terjadi pada pukul 06.00 WIB sebesar 2.25 ppm. Pada Danau
DO terbesar pada pukul 15.00 WIB sebesar 15,9 ppm dan terendah pada pukul 06.00
WIB sebesar 7,2 ppm. Rendahnya kadar DO pada saat pagi hari terjadi karena
aktivitas proses fotosintesis tumbuhan menghasilkan karbondioksida pada amalam
hari dan menyebabkan memerlukan oksigen.

Grafik
6 : CO2 VS WAKTU
Kandungan CO2
berkaitan
dengan fitoplankton yang ada dalam perairan karena fitoplankton dapat melakukan
fotosintesis. Fotosintesis membutuhkan CO2 untuk sumber karbon dan akan
menghasilkan O2. CO2 yang bernilai nol menunjukkan
keberlimpahan fitoplankton tinggi karena semua CO2 digunakan untuk melakukan
fotosintesis dan menghasilkan O2 yang banyak. Sumber utama oksigen
dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan
hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).
Pada pengamatan ini nilai CO2 yang didapatkan pada kolam nilai
tertinggi terjadi pada pukul 18.00 WIB yaitu sebesar 15,54ppm dan terendah
padapukul 09.00WIB sebesar 5,5 ppm. Untuk danau nilai tertinggi pada pukul
09.00 WIB sebesar 4,48 ppm dan terendah pada pukul 12.00 WIB dan 18.00 WIB
sebesar 0 ppm. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin
kecil kandungan DO, maka kandungan CO2 akan semakin besar. Begitu pula
sebaliknya.

Grafik
7: ALKALINITAS DENGAN WAKTU
Alkalinitas
merupakan kemampuan air untuk mempertahankan pH. Alkalinitas diperlukan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity)
terhadap perubahan pH perairan (Effendi, 2003). Alkalinitas tertinggi pada
kolam yaitu pada pukul 18.00 WIB sebesar 118 ppm dan terendah pada pukul 09.00
WIB sebesar 81 ppm. Untuk danau tertinggi pada pukul 15.00 WIB sebesar 135ppm
dan terendah pada pukul 06.00 WIB sebesar 76,8ppm. Tingginya alkalinitas dipagi
hari disebabkan oleh CO2 terlarut
hasil respirasi membentuk ion CO32- dan HCO3- .
sedangkan rendahnya alkalinitas pada sore hari karena aktivitas dan distribusi
organisme perairan yang menghasilkan CO2.

Grafik
8: BOD Vs Waktu
Kadar
BOD dipengaruhi oleh bahan organik yang diuraikan. BOD adalah jumlah oksigen
terlarut yang dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan
dalam air. Hasil yang didapatkan pada praktikum ini yaitu nilai BOD dalam kolam
yang tertinggi sebesar 3,5 ppm pada pukul 18.00 WIB dan terendah sebrsar 0,75
ppm pada pukul 06.00WIB. sedangkan pada danau nilai BOD tertinggi terjadi pada
saat pukul 09.00 WIB dan terendah pada pukul 18.00 WIB sebessar 4,5 ppm dan
4,25 ppm. Pada pagi hari BOD rendah karenda aktivitas organisme perairan belum
berjalan secara maksimal sehingga BO yang dihasilkan rendah dan kebutuhan
oksigen terlarut mikroorganisme penguraipun rendah. Pada saat sore hari bahan
organik hasil aktivitas organisme perairan terakumulasi sehingga kebutuhan
oksigen terlalut mikroorganisme pengurai tinggi. Tingginya BOD dapat disebabkan
oleh tingginya suhu pada siang hari sehingga aktivitas metabolisme organisme
perairan meningkat dan BO yang dihasilkan semakin banyak. Rendahnya BOD pada
sore hari karena pada saat siang hari proses pengurain BO berjalan maksimal,
sehingga sore hari tidak banyak mikroorganisme yang menggunakan oksgen terlarut
untuk menguraingi BO.

Grafik
9: BO VS WAKTU
BO atau
bahan organik merupakan parameter yang dapat dignakan untuk mengetahui tingkat
pencemaran perairan, kandungan BO yang didapatkan pada kolam tertinggi yaitu
17,08 pada pukul12.00 WIB dan terendah pada pukul 18.00 WIB sebesar 12,652. Sedangkan pada danau BO tertinggi
pada pukul 06.00 WIB dan terendah pada pukul 18.00 WIB sebesar 18,978 dan
15,182. Tingginya BO pada siang hari
karena tingginya suhu dapat meningkatkan aktivitas metabolism organisme
perairan.

Grafik 10:
PH VS WAKTU
Derajat
keasaman (pH) suatu perairan sering digunakan sebagai petunjuk untuk
menyatakan kualitas air sebagai media hidup. Karena pH sangat berpengaruh
terhadap berbagai metabolisme dan proses fisiologis di dalam tubuh makhluk
hidup. Derajat keasaman yang dianjurkan adalah sebesar 7 (netral). Kadar pH
yang terlampau jauh dari batas netral akan mengganggu sistem regulasi dalam
tubuh organisme. Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2
maupun CO2. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk
itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi
atau terjadi tetapi dengan cara perlahan (Sary, 2006). Pada
praktikum ini didapatkan nilai pH kolam rata-rata 6,9 hanya pada pukul 12.00
dan 15.00 WIB sajalah yang 6,8.
Sedangkan di danau Ph tertinggi pada pukul 18.00 sebesar 7,2 dan
terendah pada pukul 06.00 sebesar 6,9.
Densitas
plankton menunjukkan banyaknya individu yang hidup dalam tiapliter. Berdasarkan
hasil yang didapatkan nilai densitas plaknton kolam tertinggi pada pukul 18.00
WIB sebesar 4820 dan pada pukul 06.00 wib memilik hasil yang sama dengan pukul
12.00 wib yaitu sebesar 2892. Seangkan pada danau tertinggi pada pukul 06.00
WIB sebesar 5322 dan terendah pada pukul 18.00 WIB sebesar 3374. Distribusi
plankton dipengaruhi oleh kualitas air. Semakin kecil densitas plankton maka
semakin buruk kualitas perairannya.
Nilai diversitas plankton yang didapatkan pada kolam
dan danau tertinggi dan terrendah pada saat pukul 18.00 WIB dan
06.00 yaitu sebesar 4,222 dan 3,7222 serta 3,252 dan 2,315. Jumlah keberadaan
diversitas plankton juga dipengaruhi oleh kualitas perairan, semakin baik
kualitas perairan makin banyak pula diversitasnya. Tabel
klasifikasi kualitas perairan berdasarkan indeks diversitas Shannon-Winner
dapat dilihat sebagai berikut :
Tolok ukur
|
Kualitas pencemaran
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Sangat buruk
|
Buruk
|
sedang
|
Baik
|
Sangat baik
|
|
Indeks diversitas
|
≤ 0,80
|
0,81-1,60
|
1,61-2,40
|
2,41-3,20
|
≥ 3,21
|
(Probosunu, 2008)
Kemudian untuk klasifikasi derajat
pencemaran berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener dapat dilihat pada
tebel berikut:
Tolok ukur
|
Derajat pencemaran
|
|||
Belum tercemar
|
Tercemar ringan
|
Tercemar sedang
|
Tercemar berat
|
|
Indeks diversitas
|
>2,0
|
1,6-2,0
|
1,0-1,5
|
<1,0
|
(Sumber :
Lee, et al (1978) dalam Probosunu (2008)
Dengan
begitu kondisi di perairan danau dan kolam masihlah bagus dan belum tercemar.
Hasil pengamatan yang diperoleh
menunukkan hasil pada tiap parameter berbeda antara kolam dengan danau.
Kecerahan di kolam lebih besar dibandingkan dengan danau. Kandungan DO pada
danau lebih besar dibandinghkan dengan kolam. Untuk dapat hidup diperlukan
kandungan DO yang tinggi. Semakin tinggi kandungan DO maka akan semakin baik
kondisi perairannya. Kandungan CO2 pada kolam lebih tinggi dari pada danau.
Meningkatnya jumlah CO2 bebas dalam perairan akan dapat membahayakan kehidupan
hewan perairan. Kandungan BO pada danu lebih tinggi daripada kolam. Dengan
begitu kualitas perairan danau lebih baik dibandingkan dengan kolam. Namun
kualitas perairan kolam juga masih tergolong baik. Nilai densitas plankton di
danau juga lebih tinggi daripada kolam, hal ini juga membuktikan kalau perairan
danau kualitasnya lebih baik.
![]() |
![]() |
GRAFIK 11:SUHU VS DO VS CO2(danau)
GRAFIK 12:SUHU VS DO VS CO2(kolam)
CO2 berkaitan
dengan fitoplankton yang ada dalam perairan karena fitoplankton dapat melakukan
fotosintesis. Fotosintesis membutuhkan CO2 untuk sumber karbon dan akan
menghasilkan O2. CO2 yang bernilai nol menunjukkan keberlimpahan fitoplankton
tinggi karena semua CO2 digunakan untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan
O2 yang banyak. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu
proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut (Salmin,2000). Nilai CO2 berbanding terbalik dengan DO. Ketersediaan
oksigen di perairan bersumber dari atmosfer maupun dari tumbuhan air yang
berfotosintesis. Sementara karbondioksida dapat bersumber dari air tanah,
dekomposisi zat organik, respirasi organisme air. Kelarutan oksigen di suatu
ekosistem danau dipengaruhi oleh faktor temperatur. Bahwa kelarutan oksigen
dalam air akan meningkat apabila temperatur air menurun dan sebaliknya. Hal ini
terjadi karena organisme pada suhu standar tidak membutuhkan oksigen yang
berlebih dibanding saat kenaikan suhu dari biasanya. Dengan demikian kenaikan
suhu akan mendorong organisme menggunakan oksigen untuk metabolismenya
dan meningkatkan kandungan CO2 diperairan akibat respirasinya
(Lewis, 1978).
![]() |
![]() |
||||
![]() |

CO2 berpengaruh pada pH suatu
lingkungan. Apabila kandungan CO2 tinggi maka kandungan pH akan menurun. Ph yang baik adalah pada saat parameter
menunjukkan nilai 7. Pada malam hari, jumlah CO2 aka naik sebagai proses dari
respirasi. CO2 akan naik dan bereaksi dengan air membuat temperatur dan ph
menjadi lebih rendah. Di air laut, pH terus bervariasi karena
adanya respirasi dan fotosintesis. Saat malam hari, jumlah CO2 naik sebagai
hasil proses respirasi. CO2 bebas dilepaskan dan bereaksi dengan air membentuk
asam karbonat (yang kemudian direduksi menjadi bikarbonat dan karbonat),
membuat temperatur dan pH menjadi lebih rendah. CO2+H2O↔H2CO3. Sehingga semakin
tinggi CO2 pH nya semakin rendah(Mulyanto, 2011) Kemudian hubungan antara
alkalinitas dengan pH adalah berbanding lurus dimana jika alkalinitas tinggi,
pH juga akan tinggi. Alkalinitas berfungsi sebagai buffer agar disuatu
perrairan tidak terlalu asam atau tidak terlalu basa, semakin tinggi
alkalinitas maka kemampuan air untuk menyangga lebih tinggi sehingga fluktuasi
pH perairan semakin rendah. (Yulfiperius, 2004).Semakin tinggi CO2, maka pH di
perairan semakin rendah, saat pH air turun, alkalinitasnya semakin besar.




Hubungan antara BOD dengan
BO yaitu berbanding lurus dimana jika BOD tinggi, maka BO juga akan tinggi.
Tingginya nilai BO digunakan sebagai dekomposisi sehingga kadar BOD juga
menjadi naik. Sementara hubungan antara BOD dengan DO adalah berbanding
terbalik. BOD (Biochemichal Oxygen Demand) merupakan kebutuhan oksigen
organisme sedangkan DO (Dissolved Oxigen) adalah kandungan oksigen terlarut
dalam perairan. Secara logika jika kebutuhan oksigen (BOD) meningkat, maka
kandungan oksigen (DO) dalam sebuah perairan akan semakin menurun. Jika DO
meningkat berarti menandakan densisitas tersebut banyak.




Menurut Tarigan (2003), Zat
padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang
heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan
dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. TSS
berbanding lurus dengan BOD. Jika BOD tinggi maka TSS juga tinggi. Tingginya
nilai BOD digunakan sebagai dekomposisi sehingga kadar BOD juga menjadi naik.
Maka jika TSS tinggi DO nya juga akan tinggi. Jika tss tinggi maka akan
menyebabkan BOD tinggi dan alhasil nilai kecerahan akan berkurang. Hal ini
karena ada banyaknya BO yang menghalangi cahaya masuk.
KESIMPULAN
Hasil pengamatan yang diperoleh menunukkan hasil pada
tiap parameter berbeda antara kolam dengan danau. Kecerahan di kolam lebih besar
dibandingkan dengan danau. Kandungan DO pada danau lebih besar dibandinghkan
dengan kolam. Untuk dapat hidup diperlukan kandungan DO yang tinggi. Semakin
tinggi kandungan DO maka akan semakin baik kondisi perairannya. Kandungan CO2
pada kolam lebih tinggi dari pada danau. Meningkatnya jumlah CO2 bebas dalam
perairan akan dapat membahayakan kehidupan hewan perairan. Kandungan BO pada
danau lebih tinggi daripada kolam. Dengan begitu kualitas perairan danau lebih
baik dibandingkan dengan kolam. Namun kualitas perairan kolam juga masih
tergolong baik.Hubungan antar parameter yaitu nilai CO2 berbanding
terbalik dengan DO, dan apabila DO tinggi maka suhu juga akan tinggi. Apabila
kandungan CO2 tinggi maka kandungan pH akan menurun, dan apabila alkalinitas
tinggi maka ph akan rendah. Apabila BO tinggi maka DO akan tinggi. BOD tinggi
maka TSS akan tinggi dan kecerahan akan rendah.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali Azwar; Soemarno; Mangku Purnomo. 2013. Kajian Kualitas Air Dan Status Mutu Air Sungai
Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang. Jurnal Bumi Lestari.13(2):
265-274. Malang.
Arianti, Gandika. Supiyati. Halauddin.2012.
Karakteristik dan Kualitas Air Di Muara Sungai Hitam Provinsi Bengkulu dengan
Software Som Toolbox 2. Jurnal Ilmu Fisika Indonesia. 2(2):68-75
Barus,
T.A. 2004. Pengantar Limnologi. Universitas Sumatera Utara. Medan
Effendi,
H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius. Yogyakarta
Fardias
, S. 1992. Populasi Air dan Udara.Kanisius.Yogyakarta
Haslam, S.M.
1995. River Pollution and Ecological Perpective. John Wiley and Sons. Chichester.
Probosunu, N., 2008.
Ekotoksikologi dan Pengendalian Pencemaran Perairan. Bahan Ajar. Jurusan
Perikan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Pescod, M. B. 1973. Investigation of Rational
Effluent and Stream Standard for Tropical Countries. AIT, London
Salmin.
2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan
Teluk
Sary,
2006. Bahan Kuliah Manajemen Kualitas Air. Politehnik vedca. Cianjur
Sasongko,
Endar Budi. Endang Widyastuti dan Rawuh Edy Priyono. 2014. Kajian Kualitas Air
Dan Penggunaan Sumur Gali Oleh Masyarakat Di Sekitar Sungai Kaliyasa Kabupaten
Cilacap. Jurnal Ilmu Lingkungan. 2(2): 72-82
Sumawidjaja
K. 1974. Limnologi. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi. IPB
Sutanto, A.,
Purwasih. 2012. Analisis
Kualitas Perairan Sungai Raman Desa Pujodadi Trimurjo Sebagai Sumber Belajar
Biologi SMA Pada Materi Ekosistem. Vol 3. No 2.
Tarigan,
M.S. dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended
Solid) Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. MAKARA, SAINS, VOL. 7, NO. 3. LIPI.
Triyatmo, B. 2001. Kajian Morfometri
Berdasarkan Kondisi Topografi dan Estimasi Potensi Waduk Sermo. Jurnal
Perikanan UGM (GMUJ Fish Sci). Vol III (2) : 17-23.
Wisnubroto,S,S.S.L
Aminah, dan Nitisapto,M. 1982. Asas-asas
Meteorologi Pertanian, Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, UGM, Yogyakarta, dan GhaliaIndonasia, Jakarta.
Yulfiperius,
Mozes R, Toelihere, Ridwan Affandi dan Djadja Subardja. 2004. Pegaruh Alkalinitas Terhadap Kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhan Ikan Lalawak Barbodes sp.
4(1). 14-23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar