vica

Cartoon Toad Jumping Up and Down

Senin, 11 September 2017

laporan gastropoda dan makrobentos



LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
ESTIMASI POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOS
VIKA TARI RAMADHANTY
16/394254/PN/14493
BUDIDAYA PERIKANAN

Intisari
Sungai adalah perairan umum yang airnya mengalir terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air permukaan yang akhirnya bermuara ke laut. Perairan sungai adalah suatu perairan yang di dalamnya dicirikan dengan adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir (perairan lotik). Ekosistem sungai dihuni oleh berbagai macam organisme contohnya gastropoda dan makrobentos. Gastropoda adalah  salah satu organisme yang masuk ke dalam kelas dalam filum mollusca. Gastropoda berasal dari bahasa Yunani, gaster yang berarti perut dan podos yang berarti kaki. Gastropoda berarti hewan yang berkaki perut. Tubuhnya memiliki cangkang yang melingkar. Sedangkan makrobentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan,  makrobentos merupakan salah satu indikator pencemaran air sungai. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari penerapan metode tanpa plot(plotless) untuk mengestimasi populasi  makrobentos, Gastropoda dan untuk mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi makrobentos(gastropoda). Praktikum ekologi perairan ekosistem sungai dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2017 pukul 13.30 sampai selesai di Sungai Tambak Bayan, Seturan, DIY. Lokasi pengamatan dibagi menjadi tiga stasiun pengamatan. Masing-masing stasiun mengukur berbagai parameter perairan yaitu parameter fisik (suhu udara, suhu air, kecepatan arus, debit), parameter kimia ( DO, CO2 bebas, pH, alkalinitas), dan parameter biologi (plankton, makrobentos, gastropoda). Dari hasil praktikum didapatkan densitas gastropoda  yang paling tinggi ada di staisiun tiga sebesar  1,360 indv/m2, densitas paling rendah terdapat di stasiun  satu sebesar 0,0016. Untuk densisitas makrobentos paling tinggi berada di stasiun dua sebesar 338 indv/m2 dan yang paling rendah berada  di stasiun tiga. Danuntuk diversitas makrobentos paling tinggi berada di stasiun dua sebesar 338 indv/m2 . sedangkan iversitas makrobentos paling sedikit berada di stasiun tiga sebesar 106 indv/ m2.
Kata kunci : bentos, densisitas, diversitas, DO, gastropoda, makrobentos

PENDAHULUAN
Perairan sungai adalah suatu perairan yang di dalamnya dicirikan dengan adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir (perairan lotik).  Di ekosistem sungai faktor pembatas terpenting adalah kecepatan arus. Kecepatan arus ditentukan oleh kecuraman sungai itu sendiri. Sungai di Indonesia memiliki multifungsi, contohnya untuk keperluan rumah tangga, hewan, transportasi dan sebagainya. Tingkat kualitas air sungai menjadi menurun karena aktivitas manusia. Contohnya akibat dari  limbah industri dan rumah tangga. Karna hal ini jumlah makrobentos, gastropodan organisme lainnya dalam perairan menjadi menurun . Gastropoda sebagai indikator perairan yan mempunyai sifat kosmopolit, dapat menjadi parameter sejauh mana tingkat pencemaran limbah-limbah tersebut terhadap perairan. Praktikum kali ini penting bagi pengelolaan secara biologis lingkungan, karena lingkungan adalah pembatas organisme yang hidup di dalamnya. Gastropoda adalah  salah satu organisme yang masuk ke dalam kelas dalam filum mollusca. Gastropoda berasal dari bahasa Yunani, gaster yang berarti perut dan podos yang berarti kaki. Gastropoda berarti hewan yang berkaki perut. Tubuhnya memiliki cangkang yang melingkar, ada yang melingkar ke kanan ada pula yang melingkar ke kiri. Sedangkan makrobentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan, makrobentos merupakan salah satu indikator pencemaran airsungai. Komunitas gastropoda dan makrobentos ditentukan oleh sifst fisika (suhu udara, suhu air, kecepatan arus, debit), parameter kimia ( DO, CO2 bebas, pH, alkalinitas), dan parameter biologi (plankton, makrobentos, gastropoda).
Sungai adalah perairan umum yang airnya mengalir terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air  permukaan yang akhirnya bermuara ke laut. Perairan sungai adalah suatu perairan yang di dalamnya dicirikan dengan adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir (perairan lotik) (Effendi,2003). Ekosistem sungai dihuni oleh berbagai macam organisme. Menurut Noughton (1979) penghuni ekosistem sungai antara lain :
1.      Neuston (meliputi organisme yang aktif di permukaan air )
2.      Plankton (meliputi semua organisme mikroskopik yang melayang-layang dalam air )
3.      Nekton (meliputi berbagai organisme akuatik yang dapat bergerak atau berenang bebas)
4.      Bentos (meliputi organisme khususnya hewan yang hidup atau aktif di dasar perairan)
5.      Peropiton (meliputi organisme yang hidup menempel pada benda atau organisme lain)
Bentos merupakan organisme yang hidupnya berada di daerah sedimen dasar perairan. Berdasarkan cara makannya, Bentos dapat dibedakan menjadi dua, yaitu filter feeder (kerang-kerangan) dan deposit feeder (siput). Bentos berfungsi sebagai pakan alami bagi organisme yang ada di atasnya seperti ikan (Heddy 1989) . Hewan bentos seringkali digunakan sebagai petunjuk bagi penilai kualitas air (Pratiwi, et al., 2004). Kehidupan Bentos sangat dipengaruhi oleh aliran air. Adanya aliran air yang lambat, dapat menyebabkan suatu perairan memiliki kandungan bahan organik yang tinggi serta kuantitas fauna yang tinggi. Sebagian besar makro bentos dapat dijumpai di daerah pinggiran sungai, karena wilayah tersebut mendapat masukan bahan organik yang banyak (Barnes dan Mann 1980). Sebagian besar makro bentos dapat dijumpai di daerah pinggiran sungai, karena wilayah tersebut mendapat masukan bahan organik yang banyak (Barnes dan Mann 1980)
Gastropoda memiliki jumlah spesies yang paling banyak. Gastropoda memiliki lidah parut dan zat tanduk untuk menghancurkan makanan. Cangkangnya berbentuk kerucut terpilin. Pada bentuk larva tubuhnya berbentuk simetri bilateral tetapi dalam perkembangannya mengalami pembengkokan sehingga membentuk lingkaran. Pada waktu dewasa, anusnya berada di sebelah atas mulutnya. Gastropoda memiliki bentuk cangkang yang beragam, ada yang conical, biconical, abconical, turreted, fusiform, patelli form, ovoid, discoidal, involute,obavatus, globase, lenticular, bulloid, cylindrycal, dan trochoid (Oemarjati dan Wardhana, 1990)
Hewan yang hidup didasar perairan adalah makrobentos. Makrobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan perannya sebagai organisme kunci dalam jaringan makanan. Selain itu tingkat keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran. Hewan bentos seringkali digunakan sebagai petunjuk bagi penilai kualitas air (Pratiwi, et al., 2004).
            Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari penerapan metode tanpa plot(plotless). Mengestimasi populasi  makrobentos(Gastropoda). Mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi makrobentos(gastropoda).
METODE
Praktikum ekologi perairan dilaksanakan di Sungai Tambak Bayan Seturan, DIY pada tanggal 2 Maret 2017 pukul 13.30-selesai. Jumlah stasiun pada praktikum kali ini yaitu tiga stasiun. Parameter yang diamati yaitu parameter fisik (suhu udara, suhu air, kecepatan arus, dan debit),  kimia (DO, CO2 bebas, alkalinitas serta pH), dan biologi (densitas dan deversitas biota perairan seperti gastropoda dan makrobentos).
Alat yang digunakan yaitu bola tenis meja, stopwatch, rollmeter, meteran kain/penggaris, termometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, pipet tetes, mikrobiuret, ember plastik, petersen grab, plot kayu, tongkat bambu, saringan, pH meter, planktonnet, mikroskop,  kertas label, dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu kertas pH atau pH meter, larutan MnSO4, larutan Reagen oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan, larutan 1/40 N Na2S2O3,  larutan 1/44 N NaOH,  larutan 1/50 N H2SO4,  larutan 1/50 N HCL, larutan indikator amilum, larutan indicator Phenolphphtalein (PP), larutan indikator Methyl Orange (MO),.
   Metode yang digunakan dalam praktikum estimasi populasi makrobentos dan gastropoda yaitu pengukuran diversitas gastropoda dengan cara menancapkan tongkat ke dasar sungai, kemudian mencari gastropoda yang terdekat kemudian diukur jaraknya menggunakan penggaris/roll meter. Untuk menghitung diversitas gastropoda dan makrobentos menggunakan rumus Shanon-Wienner: H =  2 dimana H adalah indeks keanekaragam, ni merupakan cacah individu suatu genus dan N adalah cacah individu seluruh genera. Dan pengukuran densitas makrobentos menggunakan cara menaruh plot di dasar perairan kemuadian disaring dan dihitung jumlah makrobentos yang ada. Untuk menghitung densitas gastropoda dan makrobentos menggunakan rumus D =  ,  =  , Y = , Yi=π(Xi)2 . Dimana untuk S adalah jumlah titik cuplikan yang diambi.  adalah estimasi kerapatan(densitas) gastropoda. X jarak terdekat Gastropoda dengan titik yang ditentukan secara acak. Dan Y adalah luas area kajian. pengukuran suhu menggunakan termometer, kecepatan arus menggunakan metode bola yang hanyut terbawa arus dan hitung jarak dan waktu tempuhnya. Metode untuk pengukuran debit yaitu dengan mengalirkan menghitung panjang, kedalaman, lebar, dan subtrat dasar perairan. Kandungan O2 terlarut (DO atau Dissolved Oxygen) menggunakan metode winkler, dengan rumus perhitungan sebagai berikut : Kandungan O2 terlarut =    dengan Y merupakan banyaknya larutan 1/80 N Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi dari awal hingga akhir. Kandungan CO2 bebas menggunakan metode alkalimetri, dengan rumus perhitungan sebagai berikut : Kandungan CO2 dengan C sebagai larutan 1/44 N NaOH yang digunakan dalam titrasi. Alkalinititas, juga menggunakan metode alkalimetri, dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
Kandunga CO3ˉ  =           (=X). Kandungan HCO3ˉ = (=Y). Alkalinitas total = (X) + (Y) mg/l
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil
Tabel 1.I Hasil Pengamatan Estimasi Populasi Gastropoda dan makrobentos
Parameter

Stasiun

1
2
3
Densitas gastropoda
0.001637
0.158332
1.36034858
Diversitas makrobentos
1.41861967
2.261936181
1.657876435
Densitas makrobentos
188
338
106
Arus Air (m/s)
1.1
0.832
0.86
DO (ppm)
7.4
5.705
6

2.      Pembahasan
Gastropoda adalah hewan bertubuh  lunak yang berjalan dengan menggunakan perutnya, sedangkan makrobentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan. Untuk menentukan jumlah kepadatan dari makrobentos menggunakan metode plot. Caranya yaitu dengan membagi antara jumlah kepadatan dengan luas diambilnya cuplikan. Hal ini untuk memudahkan praktikan dalam menganalis densisitas makrobentos. Untuk menentukan kerapatan gastropoda digunakan metode tongkat. Untuk menghitung kerapadan gastropoda menggunakan rumus Shannon-Weiner. Data yang didapatkan berupa jarak terdekat gastropoda dengan tongkat. Mayoritas makrobentos dan gastropoda lebih suka hidup pada sedimen lumpur hingga pasir(Fuller,1979). Hal ini yang sesuai dengan teori hanya pada stasiun tiga, namun hanya densisitas gastropodanya saja. Subtrat di stasiun tiga yaitu berpasir.


2.1.Paremeter biologi
2.1.1.      Densitas Gastropoda
Grafik Densitas Gastropoda







Indeks densisitas gastropoda pada stasiun satu sebesar 0,0016 indv/m2, stasiun dua 1,158 indv/m2 dan stasiun tiga sebesar 1,360 indv/m2. Dengan begitu untuk densisitas   tertinggi berada di stasiun tiga dan densisitas terendah  di stasiun satu.   Kelimpahan plankton yang berbeda-beda pada setiap stasiun ini disebabkan oleh  berbagai faktor fisika-kimia lingkungan perairannya. Menurut Apridayanti (2008), faktor kimia dan fisika lingkungan suatu perairan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup fitoplankton sebagai produsen utama di ekosistem perairan. Faktor lingkungan perairan yang dapat mempengaruhi keberadaan plankton yaitu suhu, kecerahan, derajat keasaman (pH), karbondioksida (CO2), dan oksigen terlarut.
2.1.2.      Diversitas Makrobentos
Grafik Diversitas Makrobentos


 








Indeks diversitas makrobentos pada stasiun satu sebesar 1,418 indv/m2, stasiun dua 2,261 indv/m2 dan stasiun tiga sebesar 1,657 indv/m2. Dengan begitu untuk diversitas  tertinggi berada di stasiun dua dan diversitas terendah  di stasiun satu. Tabel klasifikasi kualitas perairan berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener dapat dilihat sebagai berikut:
Tolok ukur
Kualitas pencemaran
1
2
3
4
5
Sangat buruk
Buruk
Sedang
Baik
Sangat baik
Indeks diversitas
≤ 0,80
0,81-1,60
1,61-2,40
2,41-3,20
≥ 3,21



(Probosunu, 2008)
Kemudian untuk klasifikasi derajat pencemaran berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener dapat dilihat pada tabel berikut:
Tolok ukur
Derajat pencemaran
Belum tercemar
Tercemar ringan
Tercemar sedang
Tercemar berat
Indeks diversitas
>2,0
1,6-2,0
1,0-1,5
<1,0
(Sumber : Lee, et al (1978) dalam Probosunu (2008)
Berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener  dapat diketahui bahwa stasiun 1 tercemar karena indeks diversitasnya lebih dari 2. Untuk kualitas perairannya stasiun satu baik, stasiun dua dan tiga sangat baik.
2.1.3.      Densitas Makrobentos
Grafik Densitas Makrobentos








Indeks densisitas Makrobentos pada stasiun satu sebesar 188 indv/m2, stasiun dua 338 indv/m2 dan stasiun tiga sebesar 106 indv/m2. Dengan begitu untuk densisitas   tertinggi berada di stasiun tiga dan densisitas terendah  di stasiun satu. Kelimpahan plankton yang berbeda-beda pada setiap stasiun ini disebabkan oleh  berbagai faktor fisika-kimia lingkungan perairannya. Menurut Apridayanti (2008), faktor kimia dan fisika lingkungan suatu perairan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup fitoplankton sebagai produsen utama di ekosistem perairan. Faktor lingkungan perairan yang dapat mempengaruhi keberadaan plankton yaitu suhu, kecerahan, derajat keasaman (pH), karbondioksida (CO2), dan oksigen terlarut.
2.2.Parameter Fisik
Arus Air
Grafik arus air







Kehidupan Bentos sangat dipengaruhi oleh aliran air. Adanya aliran air yang lambat, dapat menyebabkan suatu perairan memiliki kandungan bahan organik yang tinggi serta kuantitas fauna yang tinggi. Sebagian besar makrobentos dapat dijumpai di daerah pinggiran sungai, karena wilayah tersebut mendapat masukan bahan organik yang banyak (Barnes dan Mann 1980). Stasiun satu mempunyai kecepatan arus 1,1 m/s,  stasiun dua 0,832 m/s sedangkan untuk stasiun tiga kecepatan arus 0,86 m/s. Stasiun satu memiliki kecepatan arus yang relatif tinggi karena topografi dasar perairannya berbatu. Sehingga stasiun satu memiliki kecepatan arus tinggi, stasiun tiga agak rendah, kemudian stasiun dua meskipun tidak jauh berbeda dari stasiun tiga. Bentos lebih menyukai perairan dengan arus yang sedang. Kecepatan arus berpengaruh terhadap distribusi biota yang relatif hidup menetap di perairan(Hynes,1974). Subtrat pasir memiliki rongga udara, sehingga pasokan oksigen dari kolom perairan memiliki oksigen yang cukup tinggi  Densisitas berbanding terbalik dengan kecepatan arus air. Dalam data pengamatan sudah sesuai dengan teori. Namun untuk densisitas gastropoda berbeda dengan teori. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan praktikan dalam mencari makrobentos atau gastropoda masih kurang teliti.



2.3.Parameter Kimia
DO(Oksigen Terlarut)
Grafik DO







Berdasarkan grafik DO vs stasiun pengamatan, dapat diketahui nilai DO tertinggi berada pada stasiun satu sedangkan nilai DO terendah berada pada stasiun dua. DO yang ada dihasilkan oleh fitoplankton yang melakukan fotosintesis. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000). Namun dalam pengamatan jumlah densisitas makrobentos stasiun satu lebih sedikit. Kesalahan dalam penentukan nilai DO mungkin dikarenakan dalam melakukan pengukaran DO menggunakan metode winkler  praktikan melakukan kesalahan. Diversitas yang tinggi menunjukkan bahwa kualitas disuatu perairan baik. Diversitas gastropoda dan makrobentos yang tinggi berarti kualitas disuatu perairan itu baik.


KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa ntuk mengestimasi gastropoda digunakan metode tanpa plot (plotless) yaitu dengan cara menancapkan tongkat ke dasar perairan kemudian dicari gastropoda terdekat dari tongkat lalu diukur jarak gastropoda dari tongkat. Metode ini diulang sebanyak dua puluh kali. Untuk mengestimasi makrobentos digunakan metode plott untuk mengestimasi makrobentos caranya yaitu dengan membagi antara jumlah kepadatan dengan luas diambilnya cuplikan. Parameter yang ada sangat berpengaruh terhadap komunitas biota perairan. Contohnya kecepatan arus. Densisitas makrobentos lebih banyak di perairan yang kecepatan arusnya sedang

DAFTAR PUSTAKA

Apridayanti, Eka. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk  Lohor Kabupaten Jawa Timur (Tesis dipublikasikan). Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Barnes, R. D. 1987. Invertebrate Zoology, Fith Edition. Sounders College Publishing
Effendi.2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Fuller, S. L. H. 1979. Pollution Ecology of Estuarine Invertrebates. Academic Press. New York
Heddy, Suwarsono. 1989. Pengantar Ekologi. Rajawali Press. Jakarta
Hynes, H. B. N. 1974. The Ecology of RunningWaters. Liverpool UniversityPress. England
Mc Naughton, S. J., and L. L. Wolf. 1979. General Ecology. Saunders College Publishing
Oemarjati, S. Boen dan Wisnu Wardhana, 1990. Taksonomi Avertebrata. Pengantar Laboratorium. UI Press. Jakarta
Pratiwi, et al. 2004. Panduan Pengukuran Kualitas Air Sungai. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Salmin, 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap. Goba. Muara
                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar