LAPORAN
PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
ESTIMASI
POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOS
VIKA
TARI RAMADHANTY
16/394254/PN/14493
BUDIDAYA
PERIKANAN
Intisari
Sungai adalah
perairan umum yang airnya mengalir terus menerus pada arah tertentu, berasal
dari air tanah, air permukaan yang akhirnya bermuara ke laut. Perairan sungai
adalah suatu perairan yang di dalamnya dicirikan dengan adanya aliran yang
cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir (perairan lotik). Ekosistem sungai dihuni oleh
berbagai macam organisme contohnya gastropoda dan makrobentos. Gastropoda
adalah salah satu organisme yang masuk ke dalam kelas
dalam filum mollusca. Gastropoda berasal dari bahasa Yunani, gaster yang berarti perut dan podos yang berarti kaki. Gastropoda
berarti hewan yang berkaki perut. Tubuhnya memiliki cangkang yang melingkar.
Sedangkan makrobentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan, makrobentos merupakan salah satu indikator
pencemaran air sungai. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari
penerapan metode tanpa plot(plotless) untuk mengestimasi populasi makrobentos, Gastropoda dan untuk mempelajari
korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi
makrobentos(gastropoda). Praktikum ekologi perairan ekosistem
sungai dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2017 pukul 13.30 sampai selesai di
Sungai Tambak Bayan, Seturan, DIY. Lokasi pengamatan dibagi menjadi tiga
stasiun pengamatan. Masing-masing stasiun mengukur berbagai parameter perairan
yaitu parameter fisik (suhu udara, suhu air, kecepatan arus, debit), parameter
kimia ( DO, CO2 bebas, pH, alkalinitas), dan parameter biologi (plankton,
makrobentos, gastropoda). Dari hasil praktikum didapatkan densitas
gastropoda yang paling tinggi ada di
staisiun tiga sebesar 1,360 indv/m2,
densitas paling rendah terdapat di stasiun
satu sebesar 0,0016. Untuk densisitas makrobentos paling tinggi berada
di stasiun dua sebesar 338 indv/m2 dan yang paling rendah
berada di stasiun tiga. Danuntuk
diversitas makrobentos paling tinggi berada di stasiun dua sebesar 338 indv/m2
. sedangkan iversitas makrobentos paling sedikit berada di stasiun tiga
sebesar 106 indv/ m2.
Kata kunci : bentos,
densisitas, diversitas, DO, gastropoda, makrobentos
PENDAHULUAN
Perairan sungai adalah
suatu perairan yang di dalamnya dicirikan dengan adanya aliran yang cukup kuat,
sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir (perairan lotik). Di ekosistem sungai faktor pembatas
terpenting adalah kecepatan arus. Kecepatan arus ditentukan oleh kecuraman
sungai itu sendiri. Sungai di Indonesia memiliki multifungsi, contohnya untuk
keperluan rumah tangga, hewan, transportasi dan sebagainya. Tingkat kualitas
air sungai menjadi menurun karena aktivitas manusia. Contohnya akibat dari limbah industri dan rumah tangga. Karna hal
ini jumlah makrobentos, gastropodan organisme lainnya dalam perairan menjadi
menurun . Gastropoda sebagai indikator perairan yan mempunyai sifat kosmopolit,
dapat menjadi parameter sejauh mana tingkat pencemaran limbah-limbah tersebut
terhadap perairan. Praktikum kali ini penting bagi pengelolaan secara biologis
lingkungan, karena lingkungan adalah pembatas organisme yang hidup di dalamnya.
Gastropoda
adalah salah
satu organisme yang masuk ke dalam kelas dalam filum mollusca. Gastropoda
berasal dari bahasa Yunani, gaster
yang berarti perut dan podos yang
berarti kaki. Gastropoda berarti hewan yang berkaki perut. Tubuhnya memiliki
cangkang yang melingkar, ada yang melingkar ke kanan ada pula yang melingkar ke
kiri. Sedangkan makrobentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan,
makrobentos merupakan salah satu indikator pencemaran airsungai. Komunitas
gastropoda dan makrobentos ditentukan oleh sifst fisika
(suhu udara, suhu air, kecepatan arus, debit), parameter kimia ( DO, CO2 bebas,
pH, alkalinitas), dan parameter biologi (plankton, makrobentos, gastropoda).
Sungai
adalah perairan umum yang airnya mengalir terus menerus pada arah tertentu,
berasal dari air tanah, air permukaan
yang akhirnya bermuara ke laut. Perairan sungai adalah suatu perairan yang di
dalamnya dicirikan dengan adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan
ke dalam perairan mengalir (perairan lotik) (Effendi,2003). Ekosistem
sungai dihuni oleh berbagai macam organisme. Menurut Noughton (1979) penghuni
ekosistem sungai antara lain :
1. Neuston
(meliputi organisme yang aktif di permukaan air )
2. Plankton
(meliputi semua organisme mikroskopik yang melayang-layang dalam air )
3. Nekton
(meliputi berbagai organisme akuatik yang dapat bergerak atau berenang bebas)
4. Bentos
(meliputi organisme khususnya hewan yang hidup atau aktif di dasar perairan)
5. Peropiton
(meliputi organisme yang hidup menempel pada benda atau organisme lain)
Bentos
merupakan organisme yang hidupnya berada di daerah sedimen dasar perairan.
Berdasarkan cara makannya, Bentos dapat dibedakan menjadi dua, yaitu filter
feeder (kerang-kerangan) dan deposit feeder (siput). Bentos berfungsi sebagai
pakan alami bagi organisme yang ada di atasnya seperti ikan (Heddy 1989) . Hewan
bentos seringkali digunakan sebagai petunjuk bagi penilai kualitas air
(Pratiwi, et al., 2004). Kehidupan Bentos sangat dipengaruhi
oleh aliran air. Adanya aliran air yang lambat, dapat menyebabkan suatu
perairan memiliki kandungan bahan organik yang tinggi serta kuantitas fauna
yang tinggi. Sebagian besar makro bentos dapat dijumpai di daerah pinggiran
sungai, karena wilayah tersebut mendapat masukan bahan organik yang banyak
(Barnes dan Mann 1980). Sebagian besar makro bentos dapat dijumpai di daerah
pinggiran sungai, karena wilayah tersebut mendapat masukan bahan organik yang
banyak (Barnes dan Mann 1980)
Gastropoda
memiliki jumlah spesies yang paling banyak. Gastropoda memiliki lidah parut dan
zat tanduk untuk menghancurkan makanan. Cangkangnya berbentuk kerucut terpilin.
Pada bentuk larva tubuhnya berbentuk simetri bilateral tetapi dalam
perkembangannya mengalami pembengkokan sehingga membentuk lingkaran. Pada waktu
dewasa, anusnya berada di sebelah atas mulutnya. Gastropoda memiliki bentuk
cangkang yang beragam, ada yang conical,
biconical, abconical, turreted, fusiform, patelli form, ovoid, discoidal, involute,obavatus,
globase, lenticular, bulloid, cylindrycal, dan trochoid (Oemarjati dan
Wardhana, 1990)
Hewan yang
hidup didasar perairan adalah makrobentos. Makrobentos
merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan
dengan perannya sebagai organisme kunci dalam jaringan makanan. Selain itu
tingkat keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan
sebagai indikator pencemaran. Hewan bentos seringkali digunakan sebagai
petunjuk bagi penilai kualitas air (Pratiwi, et al., 2004).
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mempelajari
penerapan metode tanpa plot(plotless). Mengestimasi populasi makrobentos(Gastropoda). Mempelajari korelasi
antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi makrobentos(gastropoda).
METODE
Praktikum ekologi perairan dilaksanakan di Sungai Tambak
Bayan Seturan, DIY pada tanggal 2 Maret 2017 pukul 13.30-selesai. Jumlah
stasiun pada praktikum kali ini yaitu tiga stasiun. Parameter yang diamati
yaitu parameter fisik (suhu udara, suhu air, kecepatan arus, dan debit), kimia (DO, CO2 bebas, alkalinitas
serta pH), dan biologi (densitas dan deversitas biota perairan seperti
gastropoda dan makrobentos).
Alat yang
digunakan yaitu bola tenis meja, stopwatch, rollmeter, meteran kain/penggaris,
termometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, pipet tetes,
mikrobiuret, ember plastik, petersen grab, plot kayu, tongkat bambu, saringan,
pH meter, planktonnet, mikroskop, kertas
label, dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu kertas pH atau pH meter,
larutan MnSO4, larutan Reagen oksigen, larutan H2SO4
pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan,
larutan 1/40 N Na2S2O3, larutan 1/44 N NaOH, larutan 1/50 N H2SO4, larutan 1/50 N HCL, larutan indikator amilum,
larutan indicator Phenolphphtalein (PP), larutan indikator Methyl Orange (MO),.
Metode yang digunakan
dalam praktikum estimasi populasi makrobentos dan gastropoda yaitu pengukuran
diversitas gastropoda dengan cara menancapkan tongkat ke dasar sungai, kemudian
mencari gastropoda yang terdekat kemudian diukur jaraknya menggunakan
penggaris/roll meter. Untuk menghitung diversitas gastropoda dan makrobentos
menggunakan rumus Shanon-Wienner: H =
2
dimana H adalah indeks keanekaragam, ni merupakan
cacah individu suatu genus dan N adalah cacah individu seluruh genera. Dan
pengukuran densitas makrobentos menggunakan cara menaruh plot di dasar perairan
kemuadian disaring dan dihitung jumlah makrobentos yang ada. Untuk menghitung
densitas gastropoda dan makrobentos menggunakan rumus D =
,
=
, Y =
, Yi=π(Xi)2 .
Dimana untuk S adalah jumlah titik cuplikan yang diambi.
adalah estimasi kerapatan(densitas)
gastropoda. X jarak terdekat Gastropoda dengan titik yang ditentukan secara
acak. Dan Y adalah luas area kajian. pengukuran suhu menggunakan termometer,
kecepatan arus menggunakan metode bola yang hanyut terbawa arus dan hitung
jarak dan waktu tempuhnya. Metode untuk pengukuran debit yaitu dengan
mengalirkan menghitung panjang, kedalaman, lebar, dan subtrat dasar perairan.
Kandungan O2 terlarut (DO atau Dissolved Oxygen) menggunakan
metode winkler, dengan rumus perhitungan sebagai berikut : Kandungan O2 terlarut
=
dengan Y merupakan banyaknya larutan 1/80 N Na2S2O3
yang digunakan untuk titrasi dari awal hingga akhir. Kandungan CO2 bebas
menggunakan metode alkalimetri, dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
Kandungan CO2 =
dengan C
sebagai larutan 1/44 N NaOH yang digunakan dalam titrasi. Alkalinititas, juga
menggunakan metode alkalimetri, dengan rumus perhitungan sebagai berikut :









Kandunga CO3ˉ =
(=X). Kandungan HCO3ˉ =
(=Y). Alkalinitas total = (X) + (Y) mg/l


HASIL DAN
PEMBAHASAN
1. Hasil
Tabel 1.I
Hasil Pengamatan Estimasi Populasi Gastropoda dan makrobentos
Parameter
|
|
Stasiun
|
|
1
|
2
|
3
|
|
Densitas gastropoda
|
0.001637
|
0.158332
|
1.36034858
|
Diversitas
makrobentos
|
1.41861967
|
2.261936181
|
1.657876435
|
Densitas
makrobentos
|
188
|
338
|
106
|
Arus Air (m/s)
|
1.1
|
0.832
|
0.86
|
DO (ppm)
|
7.4
|
5.705
|
6
|
2. Pembahasan
Gastropoda
adalah hewan bertubuh lunak yang berjalan dengan menggunakan
perutnya, sedangkan makrobentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan. Untuk
menentukan jumlah kepadatan dari makrobentos menggunakan metode plot. Caranya
yaitu dengan membagi antara jumlah kepadatan dengan luas diambilnya cuplikan.
Hal ini untuk memudahkan praktikan dalam menganalis densisitas makrobentos.
Untuk menentukan kerapatan gastropoda digunakan metode tongkat. Untuk
menghitung kerapadan gastropoda menggunakan rumus Shannon-Weiner. Data yang
didapatkan berupa jarak terdekat gastropoda dengan tongkat. Mayoritas
makrobentos dan gastropoda lebih
suka hidup pada sedimen lumpur hingga pasir(Fuller,1979). Hal ini
yang sesuai dengan teori hanya pada stasiun tiga, namun hanya densisitas
gastropodanya saja. Subtrat di stasiun tiga yaitu berpasir.
2.1.Paremeter
biologi
2.1.1. Densitas
Gastropoda

Indeks
densisitas gastropoda pada stasiun satu sebesar 0,0016 indv/m2,
stasiun dua 1,158 indv/m2 dan stasiun tiga sebesar 1,360 indv/m2.
Dengan begitu untuk densisitas
tertinggi berada di stasiun tiga dan densisitas terendah di stasiun satu. Kelimpahan plankton yang berbeda-beda pada setiap stasiun
ini disebabkan oleh berbagai
faktor fisika-kimia lingkungan perairannya. Menurut Apridayanti (2008), faktor
kimia dan fisika lingkungan suatu perairan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
kelangsungan hidup fitoplankton sebagai
produsen utama di ekosistem perairan. Faktor lingkungan perairan yang dapat mempengaruhi keberadaan plankton yaitu
suhu, kecerahan, derajat keasaman (pH), karbondioksida (CO2), dan oksigen
terlarut.
2.1.2. Diversitas
Makrobentos
Grafik Diversitas Makrobentos
![]() |
Indeks
diversitas makrobentos pada stasiun satu sebesar 1,418 indv/m2,
stasiun dua 2,261 indv/m2 dan stasiun tiga sebesar 1,657 indv/m2.
Dengan begitu untuk diversitas tertinggi
berada di stasiun dua dan diversitas terendah
di stasiun satu. Tabel klasifikasi kualitas perairan berdasarkan indeks diversitas
Shannon-Wiener dapat dilihat sebagai berikut:
Tolok ukur
|
Kualitas pencemaran
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Sangat buruk
|
Buruk
|
Sedang
|
Baik
|
Sangat baik
|
|
Indeks diversitas
|
≤ 0,80
|
0,81-1,60
|
1,61-2,40
|
2,41-3,20
|
≥ 3,21
|
(Probosunu,
2008)
Kemudian
untuk klasifikasi derajat pencemaran berdasarkan indeks diversitas
Shannon-Wiener dapat dilihat pada tabel berikut:
Tolok ukur
|
Derajat pencemaran
|
|||
Belum tercemar
|
Tercemar ringan
|
Tercemar sedang
|
Tercemar berat
|
|
Indeks diversitas
|
>2,0
|
1,6-2,0
|
1,0-1,5
|
<1,0
|
(Sumber :
Lee, et al (1978) dalam Probosunu (2008)
Berdasarkan
indeks diversitas Shannon-Wiener dapat
diketahui bahwa stasiun 1 tercemar karena indeks diversitasnya lebih dari 2.
Untuk kualitas perairannya stasiun satu baik, stasiun dua dan tiga sangat baik.
2.1.3.
Densitas Makrobentos

Indeks
densisitas Makrobentos pada stasiun satu sebesar 188 indv/m2,
stasiun dua 338 indv/m2 dan stasiun tiga sebesar 106 indv/m2.
Dengan begitu untuk densisitas
tertinggi berada di stasiun tiga dan densisitas terendah di stasiun satu. Kelimpahan plankton yang berbeda-beda pada setiap stasiun
ini disebabkan oleh berbagai
faktor fisika-kimia lingkungan perairannya. Menurut Apridayanti (2008), faktor
kimia dan fisika lingkungan suatu perairan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
kelangsungan hidup fitoplankton sebagai
produsen utama di ekosistem perairan. Faktor lingkungan perairan yang dapat mempengaruhi keberadaan plankton yaitu
suhu, kecerahan, derajat keasaman (pH), karbondioksida (CO2), dan oksigen
terlarut.
2.2.Parameter
Fisik
Arus
Air

Kehidupan
Bentos sangat dipengaruhi oleh aliran air. Adanya aliran air yang lambat, dapat
menyebabkan suatu perairan memiliki kandungan bahan organik yang tinggi serta
kuantitas fauna yang tinggi. Sebagian besar makrobentos dapat dijumpai di
daerah pinggiran sungai, karena wilayah tersebut mendapat masukan bahan organik
yang banyak (Barnes dan Mann 1980). Stasiun satu mempunyai kecepatan arus 1,1
m/s, stasiun dua 0,832 m/s sedangkan
untuk stasiun tiga kecepatan arus 0,86 m/s. Stasiun satu memiliki kecepatan
arus yang relatif tinggi karena topografi dasar perairannya berbatu. Sehingga
stasiun satu memiliki kecepatan arus tinggi, stasiun tiga agak rendah, kemudian
stasiun dua meskipun tidak jauh berbeda dari stasiun tiga. Bentos lebih
menyukai perairan dengan arus yang sedang. Kecepatan arus berpengaruh terhadap
distribusi biota yang relatif hidup menetap di perairan(Hynes,1974).
Subtrat pasir memiliki rongga udara, sehingga pasokan oksigen dari kolom
perairan memiliki oksigen yang cukup tinggi
Densisitas berbanding terbalik dengan kecepatan arus air. Dalam data
pengamatan sudah sesuai dengan teori. Namun untuk densisitas gastropoda berbeda
dengan teori. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan praktikan dalam
mencari makrobentos atau gastropoda masih kurang teliti.
2.3.Parameter
Kimia
DO(Oksigen
Terlarut)

Berdasarkan grafik
DO vs stasiun pengamatan, dapat diketahui nilai DO tertinggi berada pada
stasiun satu sedangkan nilai DO terendah berada pada stasiun dua. DO yang ada
dihasilkan oleh fitoplankton yang melakukan fotosintesis. Sumber utama oksigen
dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan
hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).
Namun dalam pengamatan jumlah densisitas makrobentos stasiun satu lebih
sedikit. Kesalahan dalam penentukan nilai DO mungkin dikarenakan dalam
melakukan pengukaran DO menggunakan metode winkler praktikan melakukan kesalahan. Diversitas
yang tinggi menunjukkan bahwa kualitas disuatu perairan baik. Diversitas
gastropoda dan makrobentos yang tinggi berarti kualitas disuatu perairan itu
baik.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa ntuk
mengestimasi gastropoda digunakan metode tanpa plot (plotless) yaitu dengan
cara menancapkan tongkat ke dasar perairan kemudian dicari gastropoda terdekat
dari tongkat lalu diukur jarak gastropoda dari tongkat. Metode ini diulang
sebanyak dua puluh kali. Untuk mengestimasi makrobentos digunakan metode plott
untuk mengestimasi makrobentos caranya yaitu dengan
membagi antara jumlah kepadatan dengan luas diambilnya cuplikan. Parameter
yang ada sangat berpengaruh terhadap komunitas biota perairan. Contohnya
kecepatan arus. Densisitas makrobentos lebih banyak di perairan yang kecepatan
arusnya sedang
DAFTAR
PUSTAKA
Apridayanti,
Eka. 2008. Evaluasi Pengelolaan
Lingkungan Perairan Waduk Lohor
Kabupaten Jawa Timur (Tesis dipublikasikan). Program Magister Ilmu
Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Barnes,
R. D. 1987. Invertebrate Zoology, Fith
Edition. Sounders College Publishing
Effendi.2003.
Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius. Yogyakarta.
Fuller,
S. L. H. 1979. Pollution Ecology of
Estuarine Invertrebates. Academic Press. New York
Heddy,
Suwarsono. 1989. Pengantar Ekologi. Rajawali Press. Jakarta
Hynes, H. B. N. 1974. The Ecology of RunningWaters. Liverpool
UniversityPress. England
Mc Naughton, S. J., and L. L. Wolf.
1979. General Ecology. Saunders College Publishing
Oemarjati, S. Boen dan Wisnu Wardhana, 1990. Taksonomi
Avertebrata. Pengantar Laboratorium.
UI Press. Jakarta
Pratiwi, et al. 2004. Panduan Pengukuran Kualitas Air Sungai.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Salmin, 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap. Goba. Muara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar