Bab
1
PENDAHULUAN
1. 1.
LATAR BELAKANG
Sumber daya perikanan merupakan kekayaan alam terbesar di Indonesia.
Perikanan merupakan sektor ekonomi yang sangat potensial. Hal ini karena nilai
jual dari hasil perikanan sangat menguntungkan sekali bagi nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pantai utara jawa atau yang
lebih dikenal di masyarakat dengan sebutan pantura merupakan daerah penangkapan berbagai jenis ikan seperti
cumi-cumi, udang, layur kuning, ikan teri, ikan kembung dan masih banyak lagi. Banyak masyarakat di daerah sekitar pantai utara ini
menggantungkan hidupnya dengan bekerja sebagai nelayan.
Penangkapan ikan ini dilakukan
untuk memperoleh bahan makanan bagi keluarga, komunitas, atau kelompok
tertentu.
Alat tangkap ikan kian hari semakin
berkembang. Pada awalnya manusia menangkap ikan hanya menggunakan tangan saja.
Namun secara perlahan menggunakan alat bantu berupa batu, tulang, tanduk dan
kayu. Harga ikan yang terus naik membuat para nelayan mengembangkan alat
tangkap ikan sehingga dapat menaikkan hasil jumlah tangkapannya. Alat tangkap
ikan yang sudah berkembang menurut FAO 1971 yaitu jaring lingkar, pukat, trawl,
penggaruk, jaring insang, pancing dan masih banyak lagi. Indonesia merupakan
negara perairan yang masih memiliki kendala dalam bidang penangkapan ikan.
Salah satu kendala yang dihadapi para nelayan Indonesia adalah keterbatasan
pengetahuan dalam penentuan posisi penangkapan yang lebih efektif atau daerah
penangkapan ikan yang lebih potensial.
1. 2.
RUMUSAN MASALAH
Indonesia
adalah negara maritim dan terbesar di dunia yang memiliki pulau. Luas lautan
indonesia adalah 2/3 dari luas Indonesia sendiri.
Perikanan merupakan kekayaan alam Indonesia yang terbarukan. Perikanan
seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran bangsa Indonesia, namun faktanya
masyarakat Indonesia belum bisa mengoptimalkan itu semua. Hal ini dibuktikan
dengan masih banyak nelayan yang bisa
dikatakan jauh dari kata makmur.
Pantura
merupakan salah satu lokasi dengan sumberdaya alam yang potensial di Indonesia.
Namun jumlah tangkapan ikan di pantura mulai mengalami penurunan, hal ini
disebabkan karena larangan penggunaan alat tangkap cantrang. Penggunaan alat
tangkap cantrang dipercaya dapat merusak ekosistem laut. Dengan begitu maka
diperlukan pengetahuan tentang alat tangkap selain cantrang yang dapat digunakan
untuk para nelayan di daerah pantura.
1. 3.
TUJUAN
Adapun tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahuijenis-jenis alat tangkap ikan yang ada di pantura
2. Untuk
mengetahui jenis tangkapan dari alat tangkap ikan tersebut
Bab
2
ISI
Pantai utara
jawa merupakan daerah penangkapan ikan yang sangat berpotensial. Tentunya untuk
mendapatkan ikan diperlukan alat
tangkap. Alat tangkap ikan di pantura
yaitu pukat kantong (seine net), jaring insang(gill nets), jaring angkat(lift net),
pancing(hook & lines), dan perangkap(traps). Kelima alat tangkap alat
tangkap itu masih dibedakan lagi dantentunya ada banyak jenisnya.
1. Pukat
kantong(seine net)
Yaitu alat tangkap
ikan yang cara pengoperasiannya dengan cara ditarik dan dapat
mengepung/mengurung, menyapu watas
perairan. Pukat kantong dapat ditarik ke pantai atau ke perahu. Ciri-ciri pukat
kantong yaitu mempunyai kantong atau tidak, mempunyai sayap, melingkari atau
mengepung watas perairan dan ditarik ke pantai atau perahu dan atau ditarik
sepanjang dasar/pertengahan perairan searah laju kapal. Contoh dari pukat
kantong yaitu pukat ikan, pukat udang (shrimp trawler), dogol, pukat pantai,
pukat cincin (purse seine),dll.
a.
Pukat ikan
Yaitu jenis penangkap ikan yang berbentuk kantong
bersayap yang dalam
operasinya dilengkapi (2 buah) papan pembuka mulut (otter board). Tujuan utama penangkapan ikan menggunakan pukat ikan yaitu untuk menangkap ikan perairan pertengahan (mid water) dan ikan perairan dasar (demersal) yang dalam pengoperasiannya ditarik melayang di atas dasar hanya oleh satu buah kapal bermotor. Pukat ikan beroperasi di wilayah ZEEI laut cina selatan, ZEEI laut arafuru, ZEEI samudera hindia, dan ZEEI selat malaka.
operasinya dilengkapi (2 buah) papan pembuka mulut (otter board). Tujuan utama penangkapan ikan menggunakan pukat ikan yaitu untuk menangkap ikan perairan pertengahan (mid water) dan ikan perairan dasar (demersal) yang dalam pengoperasiannya ditarik melayang di atas dasar hanya oleh satu buah kapal bermotor. Pukat ikan beroperasi di wilayah ZEEI laut cina selatan, ZEEI laut arafuru, ZEEI samudera hindia, dan ZEEI selat malaka.
Dasar hukum
operasi
-
Pasal 31 ayat
(1) huruf d. Keputusan menteri kelautan dan perikanan
no.KEP.60/MEN/2001 Tentang penataan penggunaan kapal perikanan di ZEE
indonesia
no.KEP.60/MEN/2001 Tentang penataan penggunaan kapal perikanan di ZEE
indonesia
-
Pasal 16 ayat (1) huruf c. Keputusan menteri kelautan
dan perikanan
no.KEP.10/MEN/2003 tentang perizinan usaha penangkapan ikan.
no.KEP.10/MEN/2003 tentang perizinan usaha penangkapan ikan.
b.
Pukat udang
Yaitu alat tangkap jaring yang berbentuk kantong
dengan sasaran tangkapannya udang. Jaring ini dilengkapi sepasang papan pembuka mulut jaring dan Turtle Exchuder
Device/TED (alat pemisah/untuk meloloskan penyu), tujuan utamanya untuk
menangkap udang dan ikan dasar,dengan cara menyapu dasar perairan dan hanya
boleh ditarik oleh satu kapal. Jenis ikan hasil tangkapannya berupa udang putih
(P.indicus, P.merguiensis), udang krosok(metapenolopsis Sp.) udang bago (P.monodon)
dan jenis ikan lain seperti pethek (Leugnatus Sp.) kuniran (upeneaus Sp).
Dasar hukum
operasi:
-
Pasal 1 keppres RI no.85 tahun 1982 tentang pengunaan
pukat
udang,dengan tidak mengurangi ketentuan keppres no.39 tahun 1980 dan
instruksi presiden no.11 tahun 1982, pukat udang dapat di gunakan di
perairan kep.kei, tanimbar, aru, papua, dan laut arafura dengan batas
koordinat 130′ BT ke timur, kecuali pantai masing-masing pulau yang
dibatasi oleh garis isobat 10 meter;
udang,dengan tidak mengurangi ketentuan keppres no.39 tahun 1980 dan
instruksi presiden no.11 tahun 1982, pukat udang dapat di gunakan di
perairan kep.kei, tanimbar, aru, papua, dan laut arafura dengan batas
koordinat 130′ BT ke timur, kecuali pantai masing-masing pulau yang
dibatasi oleh garis isobat 10 meter;
-
Pasal 31 ayat 1 huruf g. Keputusan menteri kelautan
dan perikanan
no.KEP.60/MEN/2001 Tentang penataan penggunaan kapal perikanan di ZEEI
3. Pasal 16 ayat 1 huruf d. Keputusan menteri kelautan dan perikanan
no. KEP.10/MEN/2003 tentang perizinan usaha penangkapan ikan
no.KEP.60/MEN/2001 Tentang penataan penggunaan kapal perikanan di ZEEI
3. Pasal 16 ayat 1 huruf d. Keputusan menteri kelautan dan perikanan
no. KEP.10/MEN/2003 tentang perizinan usaha penangkapan ikan
c.
Purse seine
Yaitu jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi
panjang/trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin
yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan
menarik tali itu jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung di
dalam jaring. Hasil tangkapannya berupa ikan pelagis kecil seperti ikan
kembung, selar, lemuru dan ikan lainnya sedangkan ikan pelagis besar seperti
cakalang, tuna, dan lainnya. Daerah pengoperasian purse sein berada di perairan
ZEEI Laut Sulawesi, ZEEI samudera pasifis, ZEEI samudera hindia. Dasar hukum
operssi purse sein yaitu pasal 31 ayat 1 huruf b dan huruf c, kep.menteri
kelautan dan perikan KEP.60/MEN/2001 Pasal 16 ayat 1 huruf c, KepMen
KEP.10/MEN/2003
2. Jaring
insang (Gill nets)
Yaitu alat
tangkap ikan berupa lembaran jaring 4 persegi panjang, pada bagian atasnya
dilengkapi tali ris dan pelampung sedangkan bagian bawah di lengkapi tali ris
dan pemberat terbuat dari coplymers PVD, dioperasikan di lapisan permukaan,
pertengahan, atau dasar. Ikan hasil tangkapan dari jaring insang yaitu ikan
jenis pelagis dan ikan demersal. Derah pengoperasiannya digunakan di seluruh
perairan Indonesia. Dasar hukum operasinya yaitu Pasal 31 ayat 1 huruf 3, No.
KEP.60/MEN/2001 dan Pasal 16 ayat 1 huruf e. no. KEP.10/MEN/2003. Jaring isang
dibedakan menjadi 6 yaitu jaring insang hanyut(drift gill net), jaring insang
labuh(set gill nets), jaring insang karang (coral reef gill nets), jaring
insang lingkar(encircling gill nets), jaring tiga lapis(trammel net), jaring
dua lapis(double nets).
Persyaratan
gill netsagar ikan terjerat atau terbelit
a.
Kekakuan twine (rigidity of petting twine)
Twine yang lembut diatur dengan: memperkecil diameter twine atau mengurangi
pilin persatun panjang, ataupun bahan celup pemberi warna ditiadakan. Semakin
lembut semakin mudah menjerat.
b.
Ketegangan rentangan tubuh jaring
Kuat rentangan kearah panjang (horizontal) dan lebar (bawah). Ketegangan jaring
dipengaruhi oleh pelampung, pemberat, berat tubuh jaring, tali temali,
shortening dan lingkungan.
c.
Hanging rasio
Beda panjang jaringsetelah diletakkan pada floatline dengan panjang tubuh
jaring dalam keadaan teregang sempurna(strech). Hanging rasio= L/Lo Cara
menghitung luas jaring
S = E x
x L x H x a2

S= Luas jaring
E = hanging rasio memanjang
L= jumlah mata jaring memanjang
H = jumlah mata jaring vertikal
a2 = ukuran mata jaring
d.
Shortening atau shrinkage
Merupakan beda panjang tubuh jaring dalam keadaan teregang sempurnadengan
panjang jaringsetelah dieratkan float line disebutkan dalam persen. Shortening
= (Lo-L1)/Lo)x100%
e.
Tinggi jaring
Tinggi jaring merupakan jarak antara float line dengan sinker line pada
saat jaring terpasang di perairan. Digunakan sebaga pembeda dengan lebar jaring
(mesh depth) yang biasanya digunakan untuk menjelaskan satuan jumlah mata
jaring ataupun meter. Tinggi jaring= 2a n
. Mesh size (2a), jumlah mata(n) dan
shortening(s)

f.
Mesh size dan besar ikan
Gillnet bersifat selektif terhadap besar besar ukuran ikan tangkapan yang
diperoleh. Oleh karena itu untuk mendapatkan jumlah tangkapan yang banyak harus
disesuaikan dengan badan ikan yang jumlahnya banyak apada fishing ground.
g.
Warna jaring
Warna jaring ketika berada dalam air akan dipengaruhi oleh kedalaman air ,
transparansi, sinar matahari, sinar
bulan dll. Warna jaring mempengaruhi visibilitas ikan. Warna jaring semakin
transparan maka ikan semakin sulit membedakan dengan lingkungannya.
3. Jaring
angkat (lift net)
Jaring angkat merupakan alat tangkap aktif , untuk
menurunkan atau menaikkan secara vertikal. Contoh jaring angkat yaitu
bagan(bagang), serok(scoop/dip nets), bandong/banrong, anco.
a.
Bagan/ bagang
Bagan/ bagang diperkenalkan sejak tahun 1950-an, cara pengoperasian dari
bagan hanya dilakukan pada saat malam hari dan di perairan yang tidak dalam.
Hasil tangkapan dari baga yaitu ikan tembang, teri, japuh, selar, petek,
kerong-kerong, kapas-kapas, cumi-cumi, sotong, dll. Macam macam bagan yaitu
bagan tancap(stationary lift nets) , bagan rakit(raft lift nets), bagan
perahu(boat lift nets), dan kelong betawi.
b.
Serok(scoop/ dip nets)
Serok merupakan jaring angkat yang berbentuk kerucut atau kantong, mulut jaring
terbuka dengan memakai bingkai yang terbuat dari bambu atau rotan atau metal
dan pengoperasiannya dapat dilakukan tanpa menggunakan perahu. Metode
penangkapan menggunakan sorong yaitu dengan cara disorong dengan perahuatau
kapal motor yang disebut sondong.
c.
Bandong/ bandrong
Jaring bandrong adalah jaring angkat
yang berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar, dibuat dari waring( bandong rebon) atau
waring karuna, dari benang katun(banrong). Menurut ukurannya jaring banrong
dikelompokkan menjadi dua yaitu bandrong besar dan bandrong kecil.
Bandrong terdiri dari beberapa bagian yang tiang penyanggah yang biasa
terbuat dari bambu atau kayu yang berfungsi sebagai penahan agar banrong dapat
berdiri biasanya terdiri dari 6 buah tiang, jala-jala terdapat pada banrong
besar yang berfungsi sebagai pintu penutup sebelum bibir jaring utama terangkat
ke permukaan air tali pengangkut yang berfungsi untuk mengangkat jaring saat
ikan telah terkumpul pada banrong, tali pembentang yang berfungsi sebagai tempat terkaitnya jaring, pemberat
yang terbuat dari timah atau batu kali dan yang terakhir jaring terbuat dari
bahan katun yang merupakan tempat ikan terkumpul.
Daerah pengoperasiannya adalah
daerah perairan pantai, disepanjang pantai yang terlindungi dari gelombang
besar dan di perairan terumbu karang. Hasil tangkapan banrong pada umumnya ikan
pelagis. Hasil tangkapan utama berupa ikan tembang, teri, belanak, dan tongkol.
d.
Anco
Jaring angkat anco (portable lift nets) adalah jaring angka yang dipasang
menetap di perairan, berbentuk empat persegi panjang, terdiri dari jaring yang
keempat ujungnya diikat pada bambu yang di belah dan kedua ujungnya dihaluskan(diruncingkan)
kemudian dipasang bersilangan satu sama lain dengan sudut 90°. Anco merupakan
alat tangkap yang sederhana , terbuat dari bambu sebagai alat untuk menaik atau
menurunkan jaring, mata jaring anco relatif lebih kecil-kecil karena tujuan
penangkapan ikan adalah ikan-ikan kecil seperti ikan petek.
Alat ini dioperasikan harus menggunakan bantuan lampua atau umpan menarik
ikan. Anco tetap dioperasikan dengan cara jaring diturunkan kearah dasar
perairan pantai, muara sungai dan teluk-teluk yang relatif dangkal dengan muka
jaring menghadap ke dalam perairan. Setelah ikan terkumpul, lalu secara
perlahan jaring diputar atau dibalik dan diangkat kearah permukan hingga
kumpulan ikan berada di dalam jaring.
4. Pancing(hook&
lines)
Pancing(hook
& lines) adalah alat tangkap ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing.
Umumnya pada mata pancing dipasang umpan, baik umpan asli maupun umpan buatan.
Umpan ini berfungsi untuk menarik perhatian ikan. Contoh umpan asli meliputi
ikan, udang atau organisme lainnya yang
hidup atau mati. Sedangkan umpan buatan dapat berupa kayu, plastik, dan
sebagainya yang menyerupai ikan, udang atau lainnya. Jenis alat pancing
meliputi pancing rawai(long line), pancing gandar(pole and line), pancing
tarik(trolling line), pancing ulur(hand line).
5. Perangkap(traps)
Perangkap
merupakan alat tangkap pasif dan merupakan alat jebakan. Biasanya perangkap
terbuat dari bambu, rotan, kawat, kere bambu, plastik, PVC, kayu dll.
Pemasangan jebakan ini biasanya secara temporer maupun semi permanen, permanen
di dasar laut, diapungkan atau dihanyutkan. Alat tangkap ikan ini biasanya
menggunakan bantuan umpan maupun tanpa umpan. Hasil tangkapan berupa ikan
torani, lobster, ikan hias, siput laut dll.
Contoh jenis perangkap yaitu bubu, perangkap setengah lingkaran, sero
dan sejenisnya, perangkap pasang surut, krendet, dan pintur.
Bab
3
PENUTUP
KESIMPULAN
Alat tangkap ikan di pantura yaitu pukat kantong (seine net), jaring
insang(gill nets), jaring angkat(lift net), pancing(hook & lines), dan
perangkap(traps). Contoh dari pukat kantong yaitu pukat ikan, pukat udang
(shrimp trawler), dogol, pukat pantai, pukat cincin (purse seine).contoh jaring
insang yaitu jaring insang hanyut(drift gill net), jaring insang labuh(set gill
nets), jaring insang karang (coral reef gill nets), jaring insang
lingkar(encircling gill nets), jaring tiga lapis(trammel net), jaring dua
lapis(double nets). Contoh jaring angkat yaitu bagan(bagang), serok(scoop/dip
nets), bandong/banrong, anco. Jenis alat pancing meliputi pancing rawai(long
line), pancing gandar(pole and line), pancing tarik(trolling line), pancing
ulur(hand line). bubu, perangkap setengah lingkaran, sero dan sejenisnya,
perangkap pasang surut, krendet, dan pintur.
Hasil tangkapan pukat kantong yaitu Jenis ikan hasil
tangkapannya berupa udang putih (P.indicus, P.merguiensis), udang
krosok(metapenolopsis Sp.) udang bago (P.monodon) dan jenis ikan lain seperti
pethek (Leugnatus Sp.) kuniran (upeneaus Sp), ikan pelagis kecil seperti ikan
kembung, selar, lemuru dan ikan lainnya sedangkan ikan pelagis besar seperti
cakalang, tuna dan masih banyak lagi. Hasil tangkapan jaring insang yaitu ikan
jenis pelagis dan ikan demersal. Hasil tangkapan jaring angkat berupa ikan tembang,
teri, japuh, selar, petek, kerong-kerong, kapas-kapas, cumi-cumi, sotong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar